Saat ini di seluruh dunia sedang dilanda pandemik corona. Bukan hanya di Indonesia, pandemik ini juga melanda negara tempat saya bekerja yaitu negara Sudan di benua Afrika.
Hingga hari ini 28 April 2020, sudah ada 318 pasien positif Corona, 25 meninggal dan 31 sembuh. Pemerintah Sudan memberlakukan total lockdown di kota Khartoum selama 3 minggu mulai tanggal 18 April 2020 hingga 7 Mei 2020. Keputusan ini bisa diperpanjang apabila belum ada tanda-tanda yang membaik.
Bagi seorang buruh migran seperti saya, pandemik ini membawa banyak perubahan terutama di masalah keuangan. Beberapa prinsip yang saya terapkan dan mungkin bisa juga ditiru oleh para buruh migran yang saat ini berada di luar negeri antara lain:
1. Menentukan Risiko Diri
Risiko diri dan keluarga kita sendiri yang tahu. Poin-poin yang saya terapkan untuk menentukan resiko yaitu:
- Berapa anggota keluarga yang harus dinafkahi?
- Adakah hutang yang harus segera dilunasi?
- Apakah orang tua masih bekerja atau menjadi tanggungan kita?
- Apakah kita atau keluarga kita punya riwayat penyakit yang sewaktu-waktu bisa kambuh dan membutuhkan biaya besar?
Dari beberapa pertanyaan tersebut, kita bisa menentukan seberapa besar resiko yang ada apabila kita tiada dan tidak ada lagi pendapatan untuk keluarga di Indonesia.
Risiko-risiko tersebut yang menentukan bahwa setiap bulan saya harus menabung sekian rupiah, menyisihkan uang untuk dikirim ke adik-adik yang masih sekolah, menyisihkan uang untuk keperluan THR lebaran bagi handai taulan, dan sebagainya. Semakin besar resiko, maka uang yang disisihkan untuk tabungan harus semakin besar.
2. Dana Darurat, Investasi dan Kebutuhan Sehari-hari
Kondisi fisik dan kesehatan setiap orang tentu berbeda. Kita tidak selamanya dalam kondisi sehat. Akan tiba masa dimana kita merasakan sakit dan harus mengeluarkan biaya untuk berobat.
Saya bersyukur karena di Sudan ini saya mendapatkan coverage asuransi. Saya memiliki kartu asuransi dari Islamic Insurance Co. Ltd. Kartu ini bisa dipakai di hampir semua rumah sakit di Khartoum. Saya pernah menggunakannya untuk berobat sakit gigi hingga operasi hemorrhoids. Dan hampir 99% biaya tersebut ditanggung oleh asuransi ini. Sisanya yang 1% saya bayar sendiri, terutama untuk pembelian di apotik.
Berbeda lagi dengan kondisi istri dan anak saya yang berada di Indonesia. Mereka tidak memiliki fasilitas asuransi. Tentu saja saya berharap mereka tidak akan pernah sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Namun persiapan biaya, saya dan istri sudah menyiapkan dana ini.
a. Dana Darurat
Kebutuhan dana darurat saya hitung dengan prinsip: Berapa bulan keluarga saya akan bertahan apabila saya tidak lagi memiliki pendapatan.
Rumus yang saya gunakan: 12 bulan x pengeluaran rata-rata bulanan.