Beberapa waktu lalu, seorang teman lama datang ke rumah dengan tawaran kerja sama yang menggiurkan. Ia membujukku untuk menjadi bagian dari bisnisnya, yang katanya bisa menggandakan penghasilan dalam waktu singkat. Aku tahu, cara kerjanya penuh tipu muslihat, mengelabui orang lain untuk keuntungan pribadi.
"Abi, ini peluang besar," katanya dengan nada meyakinkan. "Kau hanya perlu memberikan modal sedikit, nanti kita bagi hasil. Hidupmu akan berubah. Keluargamu akan lebih sejahtera."
Aku hanya tersenyum getir. "Teman, aku bukan hanya mencari sejahtera di dunia. Aku ingin keluargaku selamat di akhirat."
Ia terdiam, mungkin menganggapku bodoh karena menolak tawaran semacam itu. Tapi bagiku, lebih baik keluargaku hidup sederhana daripada memakan harta yang tak jelas asal-usulnya.
"Apa yang kau lakukan hari ini, Abi, adalah bekal untuk anak-anak kita di masa depan," kata Aisyah ketika aku menceritakan hal itu padanya. "Mereka akan belajar bahwa keberkahan lebih berharga daripada sekadar kemewahan."
Doa di Setiap Malam
Setiap malam, setelah anak-anak kami terlelap, aku selalu menyempatkan diri untuk berdoa. Dalam doa-doaku, aku meminta hal-hal yang sederhana namun bermakna.
"Ya Allah," bisikku dalam sujud, "cukupkanlah rezeki kami agar kami selalu bersyukur. Hindarkanlah kami dari yang syubhat dan yang haram, agar keluarga kecil ini terjaga dari siksa api neraka."
Aku juga selalu berdoa untuk anak-anak kami, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat. "Ya Allah, jadikan anak-anakku penerang di dunia dan akhirat. Lapangkan jalan mereka, dan jadikan mereka hamba yang taat kepada-Mu."
Doa itu selalu kubisikkan dengan harapan dan keyakinan. Aisyah sering kali bergabung di sampingku, mengamini setiap kata yang kulontarkan.
Keberkahan dalam Kesederhanaan