Mohon tunggu...
Syahrul Kartiko Aji
Syahrul Kartiko Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Terus mencari

Saya adalah seorang freelancer yang hoby jalan-jalan mencari sesuatu yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjelajah Lorong Waktu Via Banten

18 Oktober 2018   08:59 Diperbarui: 19 Oktober 2018   07:37 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benteng Spelwijk adalah benten yang didiran di tahun 1682, dan sempat mengalami perlebaran di tahun 1685 dan 1731. Benteng yang dirancang oleh Hendrick Lucaszoon Cardeel ini namanya diambil dari seorang Gubernur VOC bernama Cornelis Jansz Speelman. Benteng ini telah menjadi symbol kebesaran colonial Belanda yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar yang dikenal juga sebagai Sultan Haji adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa yang telah terhasut oleh bujukan Belanda, sangat berbanding terbalik dengan sang ayah yang sangat tegas dalam urusan politik.

Benteng Speelwijk, Doc: Syahroel ARTji
Benteng Speelwijk, Doc: Syahroel ARTji
Benteng ini juga menjadi tempat pengendalian seluruh kegiatan yang berkaitan dengan Kesultanan Banten dan juga untuk tempat berlindung bagi orang Belanda. Benteng ini semakin mengokohkan posisi Belanda dalam usahanya dalam memonopoli perdagangan merica yang berasal dari Lampung Selatan, untuk kemudian dijual kembali kepada para pedagang-pedagang asing yang berasal dari Cina, India, Arab, Vietnam, dan Malaysia.

Vihara Avalokitesvara Adalah Vihara Yang Melayani 3 Umat Berbeda Sekaligus yakni Budha, Kong Hu Cu, Dan Taoisme

Vihara tertua di Provinsi Banten ini ternyata masih berbungan dengan Sunan Gunung Jati atau Sunan Syarif Hidayatullah. Tokoh yang termasuk dalam wali 9 ini telah memperistri putri dari keturunan Kaisar dari Tiongkok yang bernama Ong Tien. Ong Tien adalah putri yang termasuk memiliki jumlah pengawal yang cukup banyak, karena waktu itu pengawalnya masih teguh dengan keyakinan yang dipegangnya atau tidak ikut dengan putri Ong Tien dan tidak kembali lagi ke Tiongkok maka Sunan Gunung Jati membangun Vihara pada tahun 1542 tepatnya di Desa Dermayon yang dekat dengan Masjid Agung Banten, Akan tetapi di tahun 1774 Vihara diindahkan ke kawasan Pamarican hingga sekarang.

4-5bc91e0b6ddcae4ac926bbd3.jpg
4-5bc91e0b6ddcae4ac926bbd3.jpg
Klenteng ini memiliki sebutan Tri Darma yang diberikan karena vihara ini melayani tiga kepercayaan umat sekaligus. Yakni Kong Hu Cu, Taoisme, dan juga Budha. Meskipun diperuntukan bagi 3 umat kepercayaan namun bagi wisatawan yang beragama lain diperbolehkan untuk berkunjung dan melihat bangunan karena sekarang ini sudah termasuk kedalam cagar budaya yang ada di Provinsi Banten ini.

Keraton Surosowan Adalah Awal Dari Kasultanan Banten

Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.

Keraton Surosoan, Doc: Syahroel ARTji
Keraton Surosoan, Doc: Syahroel ARTji
Keraton Surosowan ini memiliki tiga gerbang masuk, masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Terdapat juga kolam Rara Denok yang berbentuk persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan Danau Tasikardi yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan.

Kolam Rara Denok, Doc: Syahroel ARTji
Kolam Rara Denok, Doc: Syahroel ARTji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun