Mohon tunggu...
Syahriza Azizan Sayid
Syahriza Azizan Sayid Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia merdeka yang sedang mencari keridhoan-Nya

Alhamdulillah sae

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sayan dan Gera'an, Implementasi Semboyan "Hurub Hambangun Praja"

8 Mei 2020   23:13 Diperbarui: 10 Mei 2020   13:07 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar warga sedanng gera'an membangun plang di jalan (sumber: doc. pribadi penulis)

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Manusia sejak lahir pun tak bisa lahir sendiri. Naluri manusia yang bersifat sosial ini membuat manusia harus saling bantu membantu dalam berbagai hal disetiap sendi kehidupan.

     Manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia . Hal ini sejalan dengan hadist Rasulullah SAW "خير الناس أنفعهم للناس ", Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi sesamanya. Hadist ini menjelaskan bahwa manusia harus selalu tolong-menolong kepada manusia lain dalam hal kebaikan. Hadist ini sudah sangat mendarah daging kepada umat islam Indonesia, terutama masyarakat desa.

      Pergaulan masyarakat desa yang masih bersifat tradisional membuat tolong-menolong menjadi tumbuhan yang subur di lahan pergaulan ini. Sifat kegotong-royongan di masyarakat kita, terutama masyarakat tradisional di pedukuhan dan pedesaan, masih terasa begitu kental. Baik dalam acara suka maupun duka. Rasa keterikatan batin dalam kekerabatan dan kekeluargaan begitu mengikat satu sama lain dalam kehidupan sebagai keluarga besar. 

      Tolong-menolong dan gotong royong merupakan hal yang sudah mendarah daging pada pergaulan masyarakat desa Sukorejo, Wates, Blitar. Tradisi ini mungkin ada sebelum desa ini ada dan mungkin dalam membangun desa ini juga menggunakan tradisi gotong royong. 

      Semboyan kabupaten Blitar adalah Hurub Hambangun Praja. "Hurub" dalam bahasa jawa berarti Urub (membara), "Hambangun" berarti jawa ambangun (membangun), "Praja" berarti jawa Kerajaan (Negara). Dalam maknanya "Hurub Hambangun Praja" berarti semangat yang menyala-nyala yang terbingkai dalam satu kesatuan gerak kerjasama, bahu membahu, dan gotong royong dalam membangun masyarakat.

     Masyarakat di daerah Blitar memiliki tradisi unik dalam gotong royong. Tradisi itu adalah sayan dan gera'an, dua istilah yang hampir sama artinya tetapi hakikatnya memiliki sedikit perbedaan.

     Sayan adalah istilah dari bahasa jawa (soyo) membantu, tanpa adanya rasa pamrih. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam berbagai hal yang umumnya untuk kepentingan personal masyarakat, seperti membangun dan memindahkan rumah, membangun dan memindahkan kandang ternak, membangun tempat ibadah, dsb. Jika untuk kepentingan umum masyarakat, istilah gotong royong ini disebut dengan gera'an. 

     Kegiatan sayan biasanya dilakukan setalah musim panen. Hal ini dikarenakan waktu longgar masyarakat desa adalah setelah panen dan juga agar tidak mengganggu aktivitas bertani para tetangga. 

    Hal yang sangat lazim di desa Sukorejo, bahwa bantuan tenaga (khususnya dari para tetangga sekitar, atau saudara) adalah hal yang biasa dan tidak akan dibalas dengan uang. Demikian juga kegiatan sayan ini. Orang -orang yang melakukan sayan tidak menerima imbalan berupa uang dari tuan rumah. Semuanya dilakukan semata- mata karena ikatan antar tetangga dan persaudaraan yang kuat di masyarakat desa. Bahkan seorang tukang yang bekerja membangun rumah sering mengurangi jatah gaji hariannya untuk diakui sebagai sayan. Misalnya dia bekerja 7 hari, maka hanya minta gaji 6 hari, sedangkan yang sehari diberikan kepada tuan rumah sebagai ganti sayan

    Kegiatan gera'an biasanya dilakukan setelah dapat instruksi dari desa melalui Pak RT untuk menggerakkan warganya. Kegiatan ini biasanya berupa bersih-bersih lingkungan desa, bersih-bersih makam, membangun saluran air, dan melakukan hal-hal lain yang tentunya tanpa adanya upah. Mereka yang melakukan gera'an biasanya hanya mendapat makanan yang dibuat oleh ibu-ibu sekitar lingkungan tempat gera'an

     Bukan hanya kaum pria yang melakukan sayan dan gera'an, biasanya juga para ibu ikut menyukseskan kegiatan ini dengan cara membantu pemilik rumah memasak makanan untuk orang-orang yang sedang melakukan sayan dan gera'an.

   Seperti yang telah terjadi sekarang adalah masyarakat melakukan gera'an melawan pandemi Covid-19. Mereka melakukan penyemprotan disejumlah titik, seperti ditempat-tempat ibadah, rumah-rumah warga, jalan raya, dan beberapa titik yang sering digunakan untuk berkumpulnya orang-orang. Selain itu mereka juga mendirikan posko relawan Covid-19 di setiap titip sudut desa. 


Gambar warga sedang berjada di gerdu (po jaga) (sumber: doc. prinadi penulis)
Gambar warga sedang berjada di gerdu (po jaga) (sumber: doc. prinadi penulis)

     Selain itu, dampak Covid-19 ini adalah maraknya kegiatan kejahatan seperti maling. Baru-baru ini sangat ramai mengenai maling yang merajalela menjarah rumah warga dan mengambil barang-barang berharga nya. Karena hal tersebut masyarakat desa Sukorejo bersatu untuk melawannya dengan cara gera'an mendirikan gerdu (pos jaga) disetiap sudut desa. 

Gambar warga sedanng gera'an membangun plang di jalan (sumber: doc. pribadi penulis)
Gambar warga sedanng gera'an membangun plang di jalan (sumber: doc. pribadi penulis)
     Masyarakat juga membangun plang dijalan untuk mencegah terjadinya kejahatan di malam hari. Masyarakat juga membuat jadwal jaga untuk mengamankan wilayah desa. Tentunya mereka melakukan hal ini didasari oleh sifat sosial saling bantu-membantu dan tanpa adanya upah sepeserpun.

     Sifat tradisional ini memang harus diberlakukan dan dijaga terus menerus sampai kapanpun, karena kita sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan orang lain. 

     Tolong menolong bukanlah hal yang susah, namun seiring majunya teknologi dan zaman, membuat sifat tradisional ini semakin luntur, banyak orang yang menjadi individualisme. Namun hal itu harus kita cegah, karena kita sebagai pemudi bangsa harus memajukan bangsa yang satu, dengan cara menjaga sifat tradisional ini. Saling membantu, tolong menolong

    Sebagai makhluk sosial tentunya kita harus bisa melestarikan budaya sayan dan gera'an. Bayangkan betapa makmurnya negri ini jika setiap masyarakat nya memiliki jiwa sosial yang tinggi tanpa adanya rasa pamrih seperti yang tercermin dalam kegiatan sayan dan gera'an demi terbangunnya negara yang sejahtera, seperti yang dimaksud dalam semboyan "Hurub Hambangun Praja".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun