Mohon tunggu...
Syahriza Azizan Sayid
Syahriza Azizan Sayid Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia merdeka yang sedang mencari keridhoan-Nya

Alhamdulillah sae

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama, Jalan Menuju Tuhan

29 Maret 2020   12:09 Diperbarui: 30 April 2020   19:04 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Weweruh Pitu (undang-undang Sapta Darma) Sumber : Doc. Pribadi Penulis.

Foto : Bapak Suwanto (paling kanan) sedang menjelaskan mengenai Sapta Darma.Sumber : Doc. Pribadi
Foto : Bapak Suwanto (paling kanan) sedang menjelaskan mengenai Sapta Darma.Sumber : Doc. Pribadi

Saya bertemu dengan bapak Suwanto dan Alhamdulillah diterima dengan baik oleh beliau, bahkan saya dibuatkan jamuan berupa teh sebagai tanda selamat datang. Beliau begitu ramah dan baik. Saya mulai bertanya mengenai apa itu Sapta Darma, sejarah, ajaran, hari besar, dan hal-hal lain seputar Sapta Darma.

Sambil duduk beliau menjelaskan bahwa aliran kepercayaan Sapta Darma merupakan aliran kebatinan dan sebuah organisasi penghayat kepercayaan. Menurut beliau, aliran ini pada mulanya ada dengan ditandai diterimanya wahyu dari Tuhan oleh Beliau Hardjosapoero (Bapa Panuntun Agung Sri Gautama), pada Jumat Wage tanggal 27 Desember 1952 di kediamannya, di Kampung Koplakan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

"Biyen kuwi kawitane ajaran iki neng pare, Kediri. Seng nompo wahyu kawitan bapak Hardjosapoero, nek neng ajaran Bapa Panutan Agung Sri Gautama"  ( Awal mula ajaran ini bermula di Pare, Kediri. Yang menerima wahyu pertama itu bernama bapak Hardjosapoero, kalau di ajaran disebut Bapa Panutan Agung Sri Gutama" ujar beliau.

Pada suatu malam, Bapa Panuntun Agung Sri Gautama ini tiba-tiba dihadapkan ke wetan (timur), dalam keadaan sujud mulai sekitar jam 01.00 sampai sekitar jam 05.00. Kejadian ini lah yang mendasari sembahyang penghayat Sapta Darma deng sujud menghadap ke timur. Mengapa sujudnya menghadap ke timur. Karena timur dalam bahasa jawa adalah wetan, yang berasal dari kata wiwitan (awalan). Jadi menurut penghayat Sapta Darma, awal dari semuanya adalah timur. Oleh karenanya penghayat Sapta Darma bersujud menghadap ke timur.

"Kawitane, kanti ora sengojo, bapak Hardjosapoero kuwi moro-moro diadepne ngetan kanthi keadaan sujud, sembahyang. Awet jam siji wengi nganti jam limo isuk. Tapi lek pengikut e ngeneki yo sak kuwat e", ( Awalnya, tanpa ada unsur kesengajaan, tiba-tiba bapak Hardjosopoero dihadapkan ke timur dalam keadaan sujud, sembahyang. Mulai dari jam satu malam hingga jam 5 pagi. Tapi kalau pengikutnya ya sekuatnya saja), penjelasan beliau.

Setelah itu, pada waktu yang berangsur-angsur, Bapa Sri Panuntun Agung Gautama mendapat wahyu melalui tulisan tak kasap manta di tembok, dan di media lain. Tulisan-tulisan ini yang dijadikan sebagai weweruh pitu, undang-undang ajaran Sapta Darma. Weweruh Pitu tersebut berisi Kewajiban Warga Kerokhanian Sapta Darma yang berisi :

Setiap Warga harus melaksanakan wajib :
1. Setia tuhu kepada Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa, Maha Langgeng.
2. Dengan jujur dan suci hati, harus setia menjalankan perundang-undangan negaranya.
3. Turut serta menyingsingkan lengan baju, menegakkan berdirinya nusa dan bangsanya.
4. Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan sesuatu balasan, melainkan berdasarkan rasa cinta dan kasih.
5. Berani hidup berdasarkan kepercayaan atas kekuatan diri sendiri.
6. Sikapnya dalam hidup bermasyarakat, kekeluargaan, harus susila beserta halusnya budi pekerti, selalu merupakan petunjuk jalan mengandung jasa serta memuaskan.
7. Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-ubah (anyakra manggilingan).


Foto : Weweruh Pitu (undang-undang Sapta Darma) Sumber : Doc. Pribadi Penulis.
Foto : Weweruh Pitu (undang-undang Sapta Darma) Sumber : Doc. Pribadi Penulis.
   
Di dalam ajaran ini juga terdapat Sesanti. Sesanti atau semboyan warga Sapta Darma dalam bahasa Jawa berbunyi "Ing ngendi bae, marang sapa bae, warga Sapta Darma kudu suminar pindha baskara." (Bahasa Indonesia: "Di mana saja, kepada siapa saja, warga Sapta Darma harus senantiasa bersinar laksana surya". Sesanti ini bermakna bahwa setiap warga Sapta Darma berkewajiban untuk selalu siap membantu siapa saja yang memerlukan bantuan, dengan landasan rasa ikhlas.

Warga Sapta Darma menganggap segala sesuatu yang dilakukannya sebagai ibadah. Akan tetapi, ibadah utama yang wajib dilakukan adalah sujud, racut, ening, dan olah rasa. Sujud adalah ibadah paling utama yang dilakukan minimal sekali sehari, sedangkan racut adalah ibadah Hyang Maha Suci (roh manusia) menghadap Allah Hyang Maha Kuasa terlepas dari raganya sebagai bekal perjalanan roh setelah kematian. 

Sementara itu, ening adalah ritual semadi dengan memasrahkan diri kepada Sang Pencipta. Adapun olah rasa adalah proses relaksasi untuk mendapatkan kesegaran jasmani setelah bekerja keras atau olahraga. Karena ibadahnya seperti yang tersebut kan diatas, maka kebanyakan pengikut dari ajaran ini adalah orang-orang yang sudah lanjut usia.

Hari besar ajaran Sapta Darma adalah 1 Syuro. Pada setiap malam 1 Syuro para penghayat berkumpul di sanggar dengan membawa hasil bumi dan sesaji untuk di makan bersama guna merayakan hari besar tersebut. Mereka juga mengundang kepala desa dan perangkat desa untuk ikut bersilaturahmi di perayaan hari besar mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun