Agama, Jalan Mnuju Tuhan
Oleh: Syahriza Azizan Sayid
Manusia lahir di dunia yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan menciptakan dunia dan seisinya agar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karenaya, sudah selayaknya manusia berterima kasih kepada Tuhan dengan cara menyembah-Nya.
Berbicara tentang menyembah Tuhan (ibadah), manusia memiliki cara yang berbeda-beda dalam beribadah kepada Tuhan yang mereka yakini. Ajaran ibadah kepada Tuhan yang mereka yakini ini diajarkan oleh agama yang manusia yakini kebenarannya.
Sebelum menuju pembahasan yang lebih lanjut, mari kita mengenal terlebih dahulu apa itu agama?.
Agama berasal dari bahasa sansekerta yaitu a dan gama. A berarti 'tidak' dan gama berarti'kacau', jadi agama diartikan tidak kacau, tidak semrawut, hidup menjadi lurus dan benar. Pengertian agama menunjuk kepada jalan atau cara yang di tempuh untuk mencari keridhoan tuhan. Dalam agama itu ada sesuatu yang di sebut Tuhan yaitu zat yang memiliki sagala yang ada, yang berkuasa, yang mengatur seluruh alam beserta isinya. Karena segala kekuasaan-Nya tersebut, manusia menyembah-Nya.
Manusia memeluk agama yang memiliki ajaran untuk menyembah Tuhan yang mereka yakini kebenarannya. Di Dunia sendiripun ada berbagai macam agama dan di Indonesia sendiri ada 6 agama dan beberapa aliran kepercayaan yang diakui oleh undang-undang. Agama-agama tersebut antara lain adalah Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Khonghucu, dan beberapa aliran kepercayaan. Agama yang berbeda-beda ini harus dihormati oleh manusia memiliki sebuah kesamaan, yakni mengajarkan kebaikan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Pluralisme dalam beragama harus dijunjung tinggi agar tercipta toleransi antar umat beragama. Dengan begitu, ibadah akan khusu' kita lakukan tanpa adanya rasa was-was dan rasa takut sehingga terciptanya kerukunan antar umat beragama.
Di dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 256 telah dijelaskan " ", yang artinya "tidak ada paksaan dalam memeluk agama (islam)". Hal ini menegaskan bahwa sebagai umat muslim kita tidak diperkenankan untuk memaksa umat agama lain memeluk agama islam melainkan kita harus menghormatinya sebagai sesama umat beragama.
"Pengeran kuwi ibarat pasar. La agomo kuwi dalan seng digawe nyang pasar kuwi. Kulo liwat etan, sampean liwat kulon,wong liyane liwat kidul lan elor. Mosok adewe arep nyalahne wong kang bedo dalan karo awak dewe. Toh kan tujuane tujuane podo-podo nyang pasar e", (Tuhan itu ibarat pasar. Agama adalah jalan menuju pasar itu sendiri. Saya lewat timur, kamu lewat barat, orang lain lewat selatan dan utara. Masa anda mau menyalahkan orang-orang yang berbeda jalan denganmu. Toh kan tujuannya sama-sama untuk ke pasar). Kata Bapak Suwanto, Seorag tokoh penghayat aliran kepercayaan Sapta Darma di desa Sukorejo, Wates, Blitar.
Saya berkunjung ke sebuah sanggar, tempat peribadatan penghayat Sapta Darma, Senin (24/2/2020), di desa Sukorejo, kecamatan Wates, kabupaten Blitar. Saya silaturahmi kesana guna melaksanakan tugas yang diberikan Bapak Edi, Dosen Pendidikan Kewarganegaraan UIN Malang. Selain untuk mengerjakan tugas, tujuan saya bersilaturahmi kesana adalah untuk mengenal kepercayaan Sapta Darma dengan tujuan agar bisa menumbuhkan rasa toleransi dalam diri saya.