Tawuran adalah tindakan anarkis yang melibatkan dua kelompok dalam bentuk pertengkaran massal di tempat umum. Masalah ini sering menimbulkan kerusakan, korban jiwa, dan rasa takut di tengah masyarakat. Tawuran pelajar masih menjadi perhatian serius karena dampaknya tidak hanya dirasakan pelaku, tetapi juga sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Kasus kekerasan dan tawuran antar pelajar menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi. Hal ini karena tawuran tergolong menyimpang dari berbagai norma, baik norma masyarakat, hukum, maupun perkembangan remaja. Dampaknya tidak hanya merugikan korban dan pelaku, tetapi juga mengancam rasa aman lingkungan, merusak kesatuan bangsa, serta membebani keluarga dan negara dengan biaya penanganan akibat tawuran.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2018 angka tawuran pelajar mencapai 0,65%. Angka ini menurun menjadi 0,22% pada tahun 2021. Namun sepanjang tahun 2021 masih terdapat 188 desa/kelurahan yang menjadi area tawuran. Jawa Barat menjadi provinsi dengan lokasi kasus tawuran pelajar tertinggi, yakni terjadi di 37 desa/kelurahan, disusul Sumatera Utara dan Maluku dengan masing-masing 15 desa/kelurahan yang mengalami kasus serupa.
Kejadian tawuran sering kali menyebabkan kerusakan fasilitas umum, seperti ruang kelas, kendaraan, dan infrastruktur lainnya. Selain itu, proses belajar mengajar turut terganggu, sementara nilai-nilai kemanusiaan semakin terabaikan. Dalam aksi tawuran, pelajar kerap menggunakan senjata tajam, seperti gir sepeda motor, parang, celurit, paving block, hingga bom molotov, yang dapat menyebabkan luka serius bahkan kematian. Perkelahian antar pelajar dipicu oleh berbagai faktor, seperti emosi remaja yang belum stabil, kondisi keluarga yang tidak harmonis, masalah ekonomi, hingga pengaruh sosial dan budaya. Lingkungan sekolah dan kurangnya peran aktif guru dalam mengarahkan siswa ke kegiatan positif juga turut berkontribusi. Tawuran sering kali dipicu oleh hal-hal sepele dan emosi yang meluap-luap, di mana remaja yang masih labil cenderung menyelesaikan masalah dengan cara ekstrem.
Dampak Negatif Tawuran Terhadap Individu
Tawuran bukan sekadar perkelahian biasa, melainkan aksi kekerasan yang meninggalkan luka mendalam. Korban tawuran sering mengalami cedera fisik serius, bahkan berujung pada kematian. Dampaknya tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis. Trauma mendalam sering menghantui korban, disertai ketakutan, kecemasan, dan depresi yang sulit diatasi. Masa depan mereka pun kerap terhalang oleh catatan kriminal, membuat peluang pendidikan dan pekerjaan menjadi kabur.
Dampak Negatif Tawuran Terhadap Keluarga
Ketika seorang anak terlibat tawuran, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh dirinya, tetapi juga keluarganya. Orang tua harus menghadapi kecemasan luar biasa, reputasi keluarga tercemar, dan beban finansial yang berat untuk biaya perawatan medis jika terjadi cedera. Peristiwa ini juga kerap merenggangkan hubungan dalam keluarga akibat trauma yang ditimbulkannya.
Dampak Negatif Tawuran Terhadap Masa Depan
Tawuran memberikan dampak jangka panjang yang serius bagi pelakunya. Mereka sering kesulitan melanjutkan pendidikan atau mendapatkan pekerjaan layak akibat catatan kriminal yang melekat. Selain itu, trauma psikologis dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional, sehingga masa depan mereka menjadi suram.
Pencegahan Tawuran Antar Pelajar Melalui Program Pengabdian Masyarakat
Program pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan melalui sosialisasi kepada anak-anak, dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai permasalahan tawuran dari perspektif hukum. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang penindakan hukum terhadap tawuran. Kegiatan ini dilakukan secara langsung di lapangan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam.
Tawuran antar pelajar sering terjadi dan menimbulkan korban luka bahkan kematian. Aksi tawuran ini terorganisir, dengan pelaku yang memiliki geng atau komunitas tertentu, bahkan beberapa diantaranya melibatkan alumni yang mencari penerus dari kalangan siswa baru. Salah satu faktor penyebab tawuran adalah kurangnya tempat bagi remaja untuk menyalurkan kreativitas mereka, sehingga mereka lebih nyaman berkumpul bersama teman-teman dan rentan terlibat dalam kekerasan. Ketika emosi tidak stabil, mereka cenderung melakukan tindakan ekstrem. Secara psikologis, tawuran pelajar termasuk dalam kategori kenakalan remaja (juvenile delinquency) yang harus mendapat perhatian serius untuk pencegahannya. (Hanafi et al., n.d.)
Dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh mahasiswa, anak-anak menyambutnya dengan antusias. Warga sekitar juga memberikan apresiasi kepada tim pengabdian atas kepedulian dan upaya mereka dalam menyampaikan sosialisasi hukum mengenai sanksi bagi pelaku tawuran antar pelajar. Diharapkan, kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang dampak dan sanksi hukum terkait tawuran, serta membentuk mereka menjadi individu yang patuh terhadap hukum dan norma masyarakat.
Ditulis oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Sarjana Keperawatan Univerisitas Horizon Indonesia :
Muthiyya Sayyidina Nur, Rahmawati Amalia, Syahrisya Fatimah Azahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H