PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi semakin tak terbendung dari massa ke massa. Teknologi semakin memanjakan khalayak akan semua hal yang berbau instan dan cepat tanpa menunggu proses yang lama. Perkembangan teknologi juga memberi kenyamanan kepada klahayak karena mudahnya mendapatkan segala hal tanpa harus mengeluarkan energi yang terlalalu banyak.
Teknologi membuat jurnalisme menjadi sistem yang begitu cerdas yang mampu untuk menemukan pola yang mudah terlewatkan oleh persepsi manusia. Namun, di sisi lain akan meningkatkan resiko PHK, personalisasi polarisasi, dan komoditisasi penulisan berita. Hal ini menunjukkan bahwa serangan di era cepatnya perkembangan teknologi mengancam media massa bukan hanya dari eksistensinya saja melainkan dari semua pihak yang terlibat aktif dalam media massa.
Perkembangan teknologi menuntut semua elemen untuk adaptif untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi yang merambah ke semua sisi baik pendidikan, ekonomi, berita, politik, dan lain sebagainya. Salah satu yang berdampak besar hingga saat ini dari perkembangan teknologi ialah dari sisi berita/jurnalisme. Digitalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi media massa terkhusus di media cetak, semua yang serba digital sangat memudahkan khalayak dalam mencari yang diinginkan tanpa harus mengeluarkan tenaga yang ekstra.
Dalam sisi berita/jurnalisme sekarang sudah mulai banyak perubahan dari dulu bergantung pada media massa baik media cetak maupun elektronik sedangkan sekarang mulai berpindah ke media sosial yang mulai menawarkan kecepatan dan kemudahan dalam menemukan informasi.
Sepeerti di Media sosial yang merupakan salah satu produk dari perkembangan teknologi yang begitu pesat  menawarkan konten yang lebih variatif daripada media massa, seperti di media sosial YouTube banyak para content creator yang berlomba-lomba membuat konten yang menarik, menghibur serta edukatif, tapi tidak menutup kemungkinan juga banyak konten negatif di dalamnya. Sedangkan meida massa elektronik televisi yang mana konten yang disuguhkan semakin membosankan, acara-acara yang ada juga terkesan hiburan tanpa sedikitpun edukasi di dalamnya. Terkesan tidak ada value, lebih mengedepankan fungsi komersial daripada fungsi ideal.
Media massa yang semakin ketinggalan dari media sosial baik dari segi konten hingga penggunanya karena bergeser lebih sering menggunakan media sosial untuk kebutuhan informasi maupun hiburan. Hal ini harus menjadi catatan dan bahan evaluasi yang penting bagi semua elemen yang masih bertahan pada media massa hingga saat ini untuk bisa menemukan cara agar tidak semua sisi dalam media massa lenyap begitu saja oleh perkembangan teknologi. Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui posisi atau keadaan media massa dalam menghadapi dunia yang serba digital karena perkembangan teknologi yang begitu pesat. Hal ini menjadi penting karena media-media di Indonesia yang aktif di media massa sedang mengalami permasalahan dalam menemukan kembali kepercayaan para pemirsa atau penikmatnya.
PEMBAHASAN
Media sosial melaju pesat
Media sosial merupakan media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah untuk saling berpartisipasi, berbagi dan mencipatakan sesuatu. Media sosial juga merupakan seoerangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai bentuk interaksi di dalamnya yang sebelumnnya tidak tersedia. Media sosial menjadi media yang sangat memikat untuk dijadikan alat dalam berinteraksi jarak jauh, dalam mencari segala informasi, hiburan dan lain sebagainya. Media sosial menawarkan banyak sekali hal yang menarik dari kecepatan informasi yang bisa didapat hingga hiburan yang bermacam-macam tanpa ada batasan di dalamnya.
Menurut data Hootsuite: (we are social) pada tahun 2021 pengguna internet di Indonesia  mencapai, 202, 6 juta penduduk kemudian pada tahun 2022 naik 1% tembus pada angka 204, 7 juta penduduk dengan pengguna media sosial aktif pada tahun 2021 mencapai 170 juta dan naik lagi pada tahun 2022 hingga tembus 191, 4 juta penduduk dengan presentase kenaikan 12, 6%. Sedangkan untuk data waktu orang Indonesia dalam mengakses media digital juga cukup tinggi. Waktu rata-rata setiap hari warga Indonesia pada tahun 2021 mencapai 8 jam, 36 menit setiap hari dan naik pada tahun 2022 hingga mencapai 8 jam, 52 menit turun 3%, sedangkan rata-rat setiap hari waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media sosial ialah 3 jam, 17 menit.
Dalam data yang telah dipaparkan tadi terlihat jelas bahwa internet terkhusus media sosial sangat digandrungi oleh khalayak hingga menjadi kebutuhan primer setiap hari. Jika dihitung dari populasi warga Indonesia, per tanggal 31 Januari 2023 menurut databoks (katadata.co.id) mencapai hingga 273, 52 juta jiwa jelas hampir mecapai keseluruhan warga Indonesia memakai internet dan media sosial. Waktu yang dipakai juga hamir separuh dari waktu keseluruhan satu hari. Ancaman nyata bagi media massa memang ada dan makin meningkat setiap harinya.
Media sosial dengan kecepatannya berhasil melampaui media massa yang sejak lama sudah kokoh menjadi sandaran manusia untuk mencari informasi dan hiburan. Media sosial juga dijadikan suatu senjata untuk menghadirkan sanksi sosial. Fenomena ini sangat menakjubkan di mana media sosial sering dijadikan alat untu memberi sanksi sosial kepada pelaku kejahatan seperti dengan cara menyerang akun media sosial pribadi, hal ini terjadi pada pelaku kekerasan Mario Dandy yang sempet viral pada saat itu para warga media sosial dengan cepat bisa memberikan sanksi sosial dengan memberi komentar-komentar yang tajam dan menjadikannya bahan candaan yang berbau sarkas.
Media Massa mulai runtuh
Media massa merupakan media atau sarana untuk menyebarkan informasi kepada khalayak, masyarakat. Menurut Bungin menjelaskan bahwa media massa sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara banyak dan bisa dijangkau oleh masyarakat luas, di lihat dari maknanya, media menyebarluaskan isi berita, opini, hiburan dan lain sebagainya.
Media massa yang mulai ditinggalkan masyarakat karena masyarakat yang lebih sering menggunakan media sosial karena kemudahan serta banyaknya konten yang menarik. Menurut data Serikat Perusahaan Pers yang dimuat di website tempo.co, ada 593 media cetak yang masih terdaftar pada 2021, tetapi mulai menurun pada 2022 yakni tersisa 399. Dirangkum dari beberapa sumber yang ada beberapa deretan media cetak di Indonesia yang akhirnya tutup yakni di antara lain: Koran SINDO, Harian REPUBLIKA, Majalah MOMBI, Tabloid NOVA, Koran TEMPO dan masih banyak lagi.
Sedangkan di media elektronik juga mengalami kemunduran yang tak kalah pesat dari media cetak. Berdasarkan Badan Pusat Statistika (BPS) yang diunggah oleh website dataIndonesia.id menunjukkan bahwa hanya ada 86,96% penduduk Indonesia yang masih menonton TV dalam seminggu terakhir, presentase ini jauh turun dibanding pada tahun 93, 21% pada tahun 2018 silam. Perubahan juga terjadi pada pengguna/pendengar radio, presnetase penduduk Indonesia yang masih menjadi pendengar radio hanya 9,85% jauh turun dibanding tiga tahuun sebelumnya yakni sebesar 12,73%.
Dari data-data yang tersaji di atas penurunan media massa memang jelas dan nyata adanya, penurunan yang terjadi pun tidak sedikit namun cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini menjukkan bahwa media massa kurang lagi memikat dan menarik bagi khalayak unntuk penunjang kehidupan dalam mencari informasi maupun hiburan. Keruntuhan dari media mass ini sangat mengkhawatirkan khususnya di media cetak yang begitu turun drastis hingga banyak yang gulung tikar, padahal media cetak seperti koran adalah ladang mata pencaharian bagi sebagian orang yang berjualan koran dan masih banyak lagi yang memungkinkan untuk terdampak.
Perlawanan Media Massa
Perkembangan teknologi yang cukup melaju pesat dengan menghadirkan media sosial sebagai media baru yang cukup menunjang kehidupan masyarakat dalam mencari informasi dan hiburan tidak berbanding lurus dengan perkembangan media massa, banyak media massa yang akhirnya menyerah dan angkat bendera putih.
Media massa dalam hal ini dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan zaman, salah satu contoh konkritnya ialah digitalisasi koran berupa e-paper yang sudah banyak dilakukan media-media cetak salah satunya yakni KOMPAS.ID dengan menyajikan koran yang mana strukturnya sama dan lewat proses jurnalistik juga tetapi disajikan dalam bentuk digital yang bisa diakses melalui ponsel ataupun laptop secara berlangganan layaknya koran fisik. Hal ini tentu positif karena menunjukkan media massa tidak "mati" tetapi "beradaptasi" dengan kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung.
Di media elektronik tampaknya masih susah dalam segi melawan konten media sosial, karena konten di televisi khususnya makin kesini makin tidak relevan seperti sinetron yang mulai membosankan, acara yang mulai tidak kreatif, mungkin daya tarik yang masih bisa memikat adalah tayangan olahraga karena berhasil menarik khalayak dari semua kalangan.
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi memang tidak akan bisa dibendung oleh manusia, semua akan berjalan dinamis tanpa mengikuti manusia untuk mengikuti. Dampak negatif dan positif pasti ada tergantung manusia memanfaatkan kemudahan dari perkembangan teknologi ini. Semua dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan zaman yang serba cepat ini, untuk bisa memanfaatkan sebaik mungkin kemudahan yang ada.
Media massa menjadi salah satu elemen yang merasakan dampak dari perkembangan teknologi yang serba digital yakni munculnya media sosial mejadi pesaing berat media massa, media sosial hadir menawarkan pilihan yang lebih menarik dengan kecepatan dalam menemukan sesuatu dan kebebasan dalam membuat sesuatu maupun menerima sesuatu dari khalayak ramai.
Media massa harus adaptif terhadap era yang serba digital seperti sekarang seperti mengganti koran fisik menjadi digital sehingga eksistensi media massa masih bisa terjaga dengan adaptif terhadap perkembangan zaman. Konten yang dibuat dalam media elektronik juga harus lebih kreatif karena konten-konten yang dibuat atau tersaji di media sosial sangat beragam dan khalayak lebih mudah untuk memilih sesuai selera atau keinginan.
Media massa masih mempunyai keunggulan yakni kedalaman informasi dan pengelolaan melalui sebuah sistem yang terstrukrur. Seperti di media eletronik ada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang mengatur tentang siaran yang beredar di televisi, sednagkan di media cetak ada Dewan Pers yang setia mengawasi jalannya berita-berita yang beredar di masyarakat. Harapannya media massa tidak lantas lenyap di semua sisi dan terus bisa bersaing dan bisa memanfaatkan digitalisasi yang merupakan produk dari perkembangan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H