Dalam data yang telah dipaparkan tadi terlihat jelas bahwa internet terkhusus media sosial sangat digandrungi oleh khalayak hingga menjadi kebutuhan primer setiap hari. Jika dihitung dari populasi warga Indonesia, per tanggal 31 Januari 2023 menurut databoks (katadata.co.id) mencapai hingga 273, 52 juta jiwa jelas hampir mecapai keseluruhan warga Indonesia memakai internet dan media sosial. Waktu yang dipakai juga hamir separuh dari waktu keseluruhan satu hari. Ancaman nyata bagi media massa memang ada dan makin meningkat setiap harinya.
Media sosial dengan kecepatannya berhasil melampaui media massa yang sejak lama sudah kokoh menjadi sandaran manusia untuk mencari informasi dan hiburan. Media sosial juga dijadikan suatu senjata untuk menghadirkan sanksi sosial. Fenomena ini sangat menakjubkan di mana media sosial sering dijadikan alat untu memberi sanksi sosial kepada pelaku kejahatan seperti dengan cara menyerang akun media sosial pribadi, hal ini terjadi pada pelaku kekerasan Mario Dandy yang sempet viral pada saat itu para warga media sosial dengan cepat bisa memberikan sanksi sosial dengan memberi komentar-komentar yang tajam dan menjadikannya bahan candaan yang berbau sarkas.
Media Massa mulai runtuh
Media massa merupakan media atau sarana untuk menyebarkan informasi kepada khalayak, masyarakat. Menurut Bungin menjelaskan bahwa media massa sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara banyak dan bisa dijangkau oleh masyarakat luas, di lihat dari maknanya, media menyebarluaskan isi berita, opini, hiburan dan lain sebagainya.
Media massa yang mulai ditinggalkan masyarakat karena masyarakat yang lebih sering menggunakan media sosial karena kemudahan serta banyaknya konten yang menarik. Menurut data Serikat Perusahaan Pers yang dimuat di website tempo.co, ada 593 media cetak yang masih terdaftar pada 2021, tetapi mulai menurun pada 2022 yakni tersisa 399. Dirangkum dari beberapa sumber yang ada beberapa deretan media cetak di Indonesia yang akhirnya tutup yakni di antara lain: Koran SINDO, Harian REPUBLIKA, Majalah MOMBI, Tabloid NOVA, Koran TEMPO dan masih banyak lagi.
Sedangkan di media elektronik juga mengalami kemunduran yang tak kalah pesat dari media cetak. Berdasarkan Badan Pusat Statistika (BPS) yang diunggah oleh website dataIndonesia.id menunjukkan bahwa hanya ada 86,96% penduduk Indonesia yang masih menonton TV dalam seminggu terakhir, presentase ini jauh turun dibanding pada tahun 93, 21% pada tahun 2018 silam. Perubahan juga terjadi pada pengguna/pendengar radio, presnetase penduduk Indonesia yang masih menjadi pendengar radio hanya 9,85% jauh turun dibanding tiga tahuun sebelumnya yakni sebesar 12,73%.
Dari data-data yang tersaji di atas penurunan media massa memang jelas dan nyata adanya, penurunan yang terjadi pun tidak sedikit namun cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini menjukkan bahwa media massa kurang lagi memikat dan menarik bagi khalayak unntuk penunjang kehidupan dalam mencari informasi maupun hiburan. Keruntuhan dari media mass ini sangat mengkhawatirkan khususnya di media cetak yang begitu turun drastis hingga banyak yang gulung tikar, padahal media cetak seperti koran adalah ladang mata pencaharian bagi sebagian orang yang berjualan koran dan masih banyak lagi yang memungkinkan untuk terdampak.
Perlawanan Media Massa
Perkembangan teknologi yang cukup melaju pesat dengan menghadirkan media sosial sebagai media baru yang cukup menunjang kehidupan masyarakat dalam mencari informasi dan hiburan tidak berbanding lurus dengan perkembangan media massa, banyak media massa yang akhirnya menyerah dan angkat bendera putih.
Media massa dalam hal ini dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan zaman, salah satu contoh konkritnya ialah digitalisasi koran berupa e-paper yang sudah banyak dilakukan media-media cetak salah satunya yakni KOMPAS.ID dengan menyajikan koran yang mana strukturnya sama dan lewat proses jurnalistik juga tetapi disajikan dalam bentuk digital yang bisa diakses melalui ponsel ataupun laptop secara berlangganan layaknya koran fisik. Hal ini tentu positif karena menunjukkan media massa tidak "mati" tetapi "beradaptasi" dengan kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung.
Di media elektronik tampaknya masih susah dalam segi melawan konten media sosial, karena konten di televisi khususnya makin kesini makin tidak relevan seperti sinetron yang mulai membosankan, acara yang mulai tidak kreatif, mungkin daya tarik yang masih bisa memikat adalah tayangan olahraga karena berhasil menarik khalayak dari semua kalangan.