Apa sih definisi kata 'Kesempatan' bagi kalian ? Beragam pendapat pasti ada. Namun bagi saya kesempatan itu bagai pepatah dalam film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck "pantang pisang berbuah dua kali", Â itulah kata-kata Zainuddin kepada Hayati. Mungkin selain kata malas, pasti ada hal yang lebih besar dan prioritas untuk mengalahkan kesempatan.
Cerita ini terjadi ketika diri saya masih menjadi mahasiswa, berawal dari niat membantu sahabat yang ingin ditemani bertemu dengan pujaan hati. Semenjak keduanya berpisah karena jarak karena masing-masing kuliah di tempat yang berbeda. Akhirnya saya penuhi permintaan sahabat saya untuk menemaninya.
Yups kembali pada topik utama bukan melanjutkan cerita mereka berdua, tapi cerita kami berdua yang mendapatkan kesempatan langka bagai mekarnya bunga raflesia. Hehe... Dendi biasa dipanggil untuk sahabatku yang satu ini. Selepas menjadi capung yang hinggap diantara tali asamara mereka berdua, sebagai imbalannya saya request kepada dia untuk mampir sebentar di lapangan Gasibu. Mudahlah bagi kami memarkirkan kendaraan roda dua di sekitaran lapangan.
Bagi saya kurang begitu tertarik pada lapangan Gasibu, walaupun kala itu sudah keren banget di lapangannya. Pandangan saya justru ke arah Gedung Sate dan tamannya yang tertera indah dipandangan mata, Gedung yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Sampailah kami berdua mendekati pak Satpam di dekat pintu gerbang, rupanya sedang sibuk mengatur lalu-lalang orang yang hendak menyebrang jalan.
Bermodalkan rasa penasaran dan sedikit nekat, saya ajukan sebuah pertanyaan dengan awalan punten dilanjutkan dengan bahasa Indonesia (karena saya bukan orang sunda). Pertanyaan saya simple bagaimana caranya untuk masuk ke Gedung Sate, minimal sampai pada tamannya saja. Jawaban pak Satpam sedikit membuat saya mundur satu langkah, "Sulit de.. memang ada kepentingan apa ?" Pantang mundur baru bertanya satu kali, "tapi pak di dalam sana ada yang foto-foto, kok bisa masuk?" Memang di sana seperti ada beberapa orang berpakaian santai seperti sedang berlibur berselfie ria di halaman gedung.
Singkat cerita, seperti tanda saya diperbolehkan masuk. Tapi kami diminta untuk menunggu dahulu di pos keamanan untuk menunggu konfirmasi dari atasan mereka. Ada beberapa hal yang harus kami patuhi agar bisa masuk ke halaman gedung. Pertama aturan tidak membolehkan pengunjung mengunakan jaket serta tas, dan meninggalkan kartu identitas di pos keamanan. Kami penuhi semua aturan dan yeay.. Alhamdulillah kami bisa foto-foto dan berkeliling di halaman Gedung Sate.
Tak puas rasanya hanya berkeliling halaman gedung saja, hal yang sama saya lakukan. Mendekati penjaga di pintu samping kanan gedung. "Punteun pak, untuk ke atas sedang di tutup ya untuk umum ?". Tak menjawab langsung pertanyaan dari saya, pak satpam malah berbalik tanya kepada kami, "Kalian siapa dan dari mana bisa ada disini?". Kami tunjukkan identitas kami dengan memberikan kartu mahasiswa.Â
Dan lagi-lagi kesempatan itu datang disaat yang tepat. Kartu mahasiswa kami disimpan pak satpam dan memberikan petunjuk jalan kalau ingin ke atas gedung bisa lewat lift atau tangga di sebelah kiri dari tempat kami berdiri. "Di atas juga lagi ada mahasiswa UPI tuh, temen kalian ya ?" kami kaget mendengar ucapan pak satpam di belakang kami bertanya seperti itu.Â
Kami mengiyakan saja pertanyaan dari pak satpam tersebut dan langsung bergegas masuk Gedung Sate. Anak tangga yang kami pilih untuk mencapai puncak gedung, entah alasannya apa saya lupa. Ternyata ada kelebihan keputusan kami menaiki anak tangga, yaitu bisa melihat-lihat ruangan gedung di setiap lantai.
Kami tidak langsung tergiur untuk langsung menuju puncak gedung. Sesekali kami mengambil foto dari berbagai sudut ruangan. Keberadaan kami di dalam tidak diberitahu sampai kapan harus keluar lagi, maka dari itu kami dengan santai menapaki setiap anak tangga. Hingga tiba lah kami di lantai teratas. Ternyata ada seperti museum mini yang menyimpan koleksi-koleksi kebudayaan, dan peninggalan sejarah perkembangan pembangunan Gedung Sate.
Ketika di atas gedung, sungguh pemandangan kota Bandung dapat dinikmati dari delapan penjuru arah mata angin. Terdapat kursi-kursi seperti kafe-kafe, sepertinya enak sekali kalau ditambah segelas kopi.
Itulah pemandangan dari atas, tujuan kami telah tercapai untuk mencapai puncak gedung, akhirnya kami menyudahi petualangan kami dan kembali mengambil kartu-kartu kami yang tertingal. Ya itulah kesempatan kami yang bisa mengunjungi Gedung Sate lewat kebetulan tanpa rencana sebelumnya. Bisa saja sebenarnya secara umum untuk mengunjunggi Gedung Sate, namun jika ingin mengikuti jejak kami boleh-boleh saja. Asalkan tidak menuntut kami dikemudian hari jika cara ini sudah tidak diberlakukan lagi. Pantang pisang berbuah dua kali, pantang kesempatan datang dua kali. Hehe ...
Segitu saja kisah perjalanan kami berdua, selamat mencoba untuk petualangan kalian. Semoga bisa menjadi referensi tujuan kalian diakhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H