Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titian Harapan

25 Desember 2024   10:48 Diperbarui: 25 Desember 2024   10:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: CNN Indonesia 

"Tapi saya bingung harus mulai dari mana, Pak. Hidup saya terasa hampa dan tak berarti," keluh Subhan.

"Mulailah dengan memaknai setiap momen dalam hidupmu, sekecil apapun itu. Temukan kebahagiaanmu dalam hal-hal sederhana. Lalu, carilah cara untuk bermanfaat bagi orang lain. Dengan berbagi kebaikan, hidupmu akan terasa lebih bermakna," jelas Pak Saripi.

Ucapan Pak Saripi bagai secercah cahaya dalam kegelapan hidup Subhan. Ia mulai menyadari bahwa hidupnya masih berharga dan layak diperjuangkan. Perlahan, Subhan mulai menerapkan nasihat Pak Saripi dalam kesehariannya.

Ia mulai lebih menghargai momen-momen kecil, seperti hangatnya sinar mentari pagi atau tawa riang anak-anak di taman. Ia juga mulai aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya, membantu mereka yang kesusahan.

Subhan menemukan kepuasan dan kebahagiaan saat melihat senyum tulus orang-orang yang ditolongnya. Ia merasa hidupnya kini lebih berarti, karena mampu memberikan manfaat bagi sesama.

Pertemanannya dengan Amir dan teman-teman barunya di pengungsian juga semakin erat. Mereka kerap mengadakan perkumpulan, saling berbagi cerita dan dukungan. Subhan menyadari bahwa ia tak sendiri dalam menghadapi kesulitan hidup, masih banyak orang yang peduli dan menyayanginya.

Perlahan namun pasti, Subhan mulai menemukan kembali semangat dan tujuan hidupnya. Ia tak lagi merasa hampa, karena hatinya telah terisi oleh cinta dan kepedulian pada sesama. Subhan menyadari bahwa hidup memang penuh tantangan, namun selama ia memiliki hati yang bersyukur dan berbagi, ia akan mampu melewati semuanya.

"Ayah, Ibu, kini Subhan mengerti. Hidup itu tidak hanya tentang diri sendiri, tapi juga tentang berbagi dan bermanfaat untuk orang lain. Subhan akan terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang bisa Ayah Ibu banggakan," gumam Subhan di depan foto orangtuanya.

Dengan semangat baru yang membara, Subhan melangkah lebih mantap menuju masa depan. Ia tahu perjalanannya masih panjang, tapi ia siap menghadapinya dengan hati yang penuh syukur dan cinta. Subhan yakin, selama ia terus berusaha dan berbuat kebaikan, ia akan menemukan kebahagiaannya sendiri.

***

Bertahun-tahun berlalu sejak gempa yang mengubah hidup Subhan. Kini, ia telah tumbuh menjadi pria dewasa yang matang dan bijaksana. Kesedihan dan kehilangan masa lalu telah mengajarkannya arti ketabahan dan keikhlasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun