Dimas, seorang pemuda berambut ikal dengan mata cokelat yang teduh, memutuskan untuk menyendiri sejenak dari rombongan Jakarta. Ia merasa penat dengan hiruk-pikuk kehidupan kota yang tak pernah berhenti. Keramaian, kemacetan, dan tuntutan pekerjaan seakan menguras energinya hingga ke titik terendah. Pulau Leebong, dengan segala ketenangan dan keindahannya, menjadi tempat pelarian yang sempurna bagi Dimas. Ia ingin menemukan kembali kedamaian dan keseimbangan dalam dirinya, jauh dari kebisingan dan tekanan yang selama ini menghimpitnya.
Dengan langkah gontai, seakan beban dunia berada di pundaknya, Dimas menyusuri tepi pantai yang sepi. Pasir putih yang lembut terasa menyenangkan di bawah telapak kakinya yang telanjang. Ombak yang datang dan pergi seakan menyapa, membelai kakinya dengan sentuhan yang menyejukkan. Dimas memejamkan mata, menikmati sensasi alam yang menenangkan. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara segar memenuhi paru-parunya. Setiap langkah yang ia ambil seakan menjauhkannya dari segala kelelahan dan kepenatan. Di tepian pantai Pulau Leebong, Dimas menemukan kedamaian yang selama ini ia rindukan.
 Sandra, seorang gadis berparas ayu dengan rambut hitam panjang yang tergerai indah, memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan Bandung. Ia adalah seorang penyelam handal yang selalu terpesona oleh keindahan dunia bawah laut. Baginya, berada di bawah permukaan air yang tenang adalah tempat di mana ia menemukan kedamaian sejati. Sandra merasa bersemangat untuk menjelajahi perairan dangkal yang jernih di sekitar Pulau Leebong, berharap menemukan pemandangan memukau yang tersembunyi di dalamnya.
Dengan penuh antusias, Sandra mengenakan peralatan selam yang telah ia persiapkan. Ia melangkah ke dalam air, merasakan dinginnya air laut yang menyegarkan di kulitnya. Setiap langkah membawanya semakin jauh dari daratan, menuju perairan dangkal yang jernih. Saat kepalanya menyelam di bawah permukaan, dunia baru yang menakjubkan terbentang di hadapannya. Terumbu karang yang berwarna-warni seakan menyambut kedatangannya, dihiasi oleh ikan-ikan tropis yang berenang dengan anggun. Sandra merasa seakan memasuki dimensi lain, di mana ketenangan dan keindahan tak terbatas menyelimutinya. Di bawah permukaan laut yang tenang, Sandra menemukan kedamaian yang ia cari, jauh dari hiruk-pikuk dunia di atas sana.
Takdir seakan bermain ketika Dimas, yang tengah melamun, tidak menyadari sebuah lubang di pasir. Kakinya terperosok, membuatnya jatuh tersungkur dengan wajah mencium pasir. Ia meringis kesakitan, merutuki nasib sialnya.
Di saat yang sama, Sandra muncul dari dalam air tidak jauh dari tempat Dimas terjatuh. Ia terkejut melihat seorang pemuda yang tergeletak di pasir. Tanpa pikir panjang, Sandra bergegas menghampirinya.
"Astaga, kamu baik-baik saja?" tanya Sandra, berlutut di samping Dimas.
Dimas mendongak, pandangannya bertemu dengan mata indah Sandra yang memancarkan kekhawatiran. Rasa sakit di kakinya seketika terlupakan, digantikan oleh debaran jantung yang menggila.
"A-aku... aku tidak apa-apa," jawab Dimas terbata, berusaha bangkit.
Sandra membantunya berdiri, lengannya melingkari pinggang Dimas untuk menopangnya. Sentuhan itu mengalirkan aliran listrik tak kasat mata di antara mereka.
"Sebaiknya kita obati kakimu dulu," ucap Sandra lembut, memapah Dimas menuju tempat yang lebih teduh.