Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serpihan Rasa

21 November 2024   17:26 Diperbarui: 21 November 2024   18:26 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dentuman musik dari ruang praktik band bercampur dengan suara mesin bubut dari bengkel otomotif SMK Karya Bangsa. Bel istirahat berbunyi nyaring, mengakhiri pelajaran produktif di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Dara, siswi kelas XI yang baru saja menyelesaikan praktikum jaringan, merasakan perutnya keroncongan. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi. Masih ada dua jam lagi sebelum waktu pulang sekolah.

Koridor sekolah mulai dipenuhi siswa-siswi berbaju praktik dari berbagai jurusan. Ada yang masih mengenakan wearpack biru dari bengkel, seragam putih dari laboratorium kimia, hingga celemek dari ruang praktik tata boga. Aroma oli mesin bercampur dengan wangi masakan dari dapur praktik memenuhi udara.

"Ra, ke kantin yuk!" ajak Nisa, teman sebangkunya yang sudah berdiri dengan dompet kecil bermotif bunga di tangannya. Keringat masih membasahi dahinya setelah dua jam berkutat dengan kabel jaringan dan router. Dara mengangguk sambil mengeluarkan uang jajan pemberian ibunya pagi tadi.

Kantin sekolah sudah dipadati siswa ketika mereka tiba. Suara gemuruh percakapan memenuhi ruangan, bercampur dengan dentingan sendok dan piring. Di sudut kantin, sekelompok siswa jurusan Multimedia sedang serius mendiskusikan proyek video mereka sambil menyantap makan siang. Di meja lain, beberapa siswa Teknik Kendaraan Ringan masih mengenakan sarung tangan kotor mereka sambil menikmati es teh manis.

Berbagai macam makanan dan minuman berwarna-warni tersusun rapi di etalase kaca. Aroma gorengan yang menggiurkan bercampur dengan wangi mi goreng yang baru dimasak. Deretan snack dalam kemasan plastik mengkilap berjajar rapi, berdampingan dengan minuman bersoda dalam botol plastik, dan aneka makanan ringan yang dikemas dalam wadah styrofoam. Asap mengepul dari wajan penggorengan Bu Yati, menciptakan aroma menggoda yang membuat perut semakin keroncongan.

"Aku mau beli es teh manis sama risoles deh," kata Nisa sambil menunjuk wadah styrofoam berisi risoles yang masih hangat. Bu Yati, penjaga kantin yang sudah berusia sekitar 50 tahun, dengan sigap mengambilkan pesanan Nisa. Tangannya yang terampil bergerak cepat melayani antrian siswa yang semakin panjang.

Di dekat jendela kantin yang terbuka, angin sepoi-sepoi membawa masuk aroma bunga kenanga dari halaman sekolah. Beberapa kupu-kupu sesekali hinggap di pot-pot tanaman yang ditata rapi di sepanjang jendela kantin, menambah kesejukan suasana. Sayangnya, pemandangan ini kontras dengan tumpukan sampah plastik dan styrofoam yang mulai menggunung di tempat sampah.

Dara memandangi deretan makanan di hadapannya. Ia teringat pesan ibunya tadi pagi untuk membeli makanan yang sehat. Di tengah hiruk pikuk kantin dan godaan makanan yang terlihat lezat di depannya, tekadnya goyah. Akhirnya, ia memilih sebungkus mie goreng instan yang disajikan dalam wadah plastik, lengkap dengan telur dan sosis.

"Bu, mi gorengnya satu ya," ucap Dara sambil menyerahkan uangnya.

Saat mereka duduk di salah satu bangku kantin yang terbuat dari plastik berwarna merah, Pak Rudi, guru biologi mereka, kebetulan lewat. Ia baru saja keluar dari laboratorium, masih mengenakan jas putihnya yang khas. Matanya yang tajam memperhatikan makanan yang mereka beli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun