Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilihan Hati

16 November 2024   16:50 Diperbarui: 16 November 2024   17:12 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Bu Ami melangkah keluar dari ruang kepala sekolah, sinar matahari sore menerobos masuk melalui jendela, menciptakan bias cahaya keemasan yang hangat. Hatinya, meski masih membawa beban, terasa lebih ringan. Di halaman sekolah, Deni dan teman-temannya masih bermain, tawa mereka mengalun riang membawa harapan.

Langkahnya mantap menuju ruang guru, tempat Pak Hendri dan Bu Siti menunggu dengan cemas. Senyum tipis tersungging di bibirnya - bukan lagi senyum yang dipaksakan, melainkan senyum yang lahir dari keyakinan baru. Ya, mungkin pengabdian ini tidak mudah, mungkin jalannya masih panjang dan berliku, tapi setidaknya ia tahu bahwa setiap langkahnya memiliki makna. Setiap huruf yang ia ajarkan, setiap angka yang ia jelaskan, adalah batu bata yang membangun masa depan anak-anak ini. Dan itu, baginya, adalah hadiah yang tak ternilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun