Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keberanian Menjadi Benar di Tengah Kesalahan Kolektif

16 September 2024   00:01 Diperbarui: 16 September 2024   02:13 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://philsottile.wixsite.com

"Banyak yang salah jalan tapi merasa tenang karena banyak teman yang sama-sama salah. Beranilah menjadi benar, meskipun sendirian." Baharuddin Lopa (1935-2001). 

Manusia, pada dasarnya, adalah makhluk sosial. Kita tumbuh dan berkembang dalam konteks komunitas, membentuk ikatan, dan mencari rasa memiliki. Kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh kelompok kita sangatlah mendasar, bahkan bisa dibilang sebagai bagian dari strategi bertahan hidup kita secara evolusioner. Namun, justru di sinilah letak paradoksnya: kecenderungan alami kita untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dapat, tanpa kita sadari, menuntun kita ke jalan yang salah.

Fenomena ini, yang oleh para psikolog sosial disebut sebagai "groupthink" atau pemikiran kelompok, dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih serius daripada sekadar mengikuti tren fashion yang tidak sesuai dengan selera pribadi. Dalam konteks yang lebih luas, ini dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang buruk dalam bisnis, kebijakan publik yang merugikan, atau bahkan legitimasi terhadap perilaku tidak etis dan kejahatan kemanusiaan.

Namun, menjadi benar ketika semua orang salah bukanlah tugas yang mudah. Ini membutuhkan keberanian yang luar biasa, kekuatan karakter yang tak tergoyahkan, dan kemauan untuk menghadapi konsekuensi yang mungkin tidak menyenangkan. Orang-orang yang berani menentang status quo sering kali menghadapi isolasi sosial, cemoohan, atau bahkan ancaman fisik. Mereka mungkin dicap sebagai pembuat onar, pengkhianat, atau bahkan gila. Namun, justru dalam menghadapi tekanan inilah kebenaran sejati seseorang diuji.

Lantas, bagaimana kita dapat mengembangkan keberanian moral untuk berdiri teguh dalam keyakinan kita, bahkan ketika kita sendirian? Berikut beberapa langkah yang dapat kita pertimbangkan:

1. Kembangkan pemikiran kritis: Jangan pernah menerima sesuatu begitu saja hanya karena "semua orang melakukannya". Selalu ajukan pertanyaan, cari informasi dari berbagai sumber, dan evaluasi situasi dengan pikiran terbuka namun kritis.

2. Kenali nilai-nilai inti Anda: Luangkan waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar penting bagi Anda. Apa prinsip-prinsip yang tidak bisa Anda kompromikan? Ketika Anda memiliki landasan moral yang kuat, akan lebih mudah untuk bertahan dalam menghadapi tekanan sosial.

3. Latih keberanian dalam hal-hal kecil: Keberanian, seperti otot, dapat dilatih. Mulailah dengan mengambil sikap dalam situasi-situasi kecil di mana risikonya relatif rendah. Seiring waktu, Anda akan membangun kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan yang lebih besar.

4. Cari dukungan: Meskipun Anda mungkin merasa sendirian dalam perjuangan Anda, ingatlah bahwa selalu ada orang lain yang berbagi nilai-nilai Anda. Temukan dan bangun jaringan dengan mereka yang dapat memberikan dukungan moral dan praktis.

5. Belajar dari teladan: Pelajari kisah-kisah orang-orang yang telah menunjukkan keberanian moral luar biasa sepanjang sejarah. Biarkan keberanian mereka menginspirasi dan memberi Anda kekuatan.

6. Siapkan diri untuk konsekuensi: Sadari bahwa mengambil sikap mungkin akan membawa konsekuensi. Persiapkan diri Anda secara mental dan praktis untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul.

7. Ingat bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang: Meskipun jalan mungkin sulit dan panjang, percayalah bahwa pada akhirnya kebenaran akan terungkap. Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa mereka yang berdiri di sisi kebenaran, meskipun awalnya sendirian, akhirnya akan dibenarkan.

Tantangan untuk "berani menjadi benar, meskipun sendirian" bukanlah ajakan untuk menjadi pembangkang tanpa alasan atau menolak konsensus hanya demi menentang. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk hidup dengan integritas, untuk selalu mengevaluasi tindakan kita berdasarkan standar moral yang tinggi, dan untuk memiliki keberanian untuk bertindak sesuai dengan keyakinan kita, bahkan ketika itu tidak populer.

Dalam era informasi yang dipenuhi dengan berita palsu, manipulasi media sosial, dan polarisasi politik, pesan Baharuddin Lopa menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Kita hidup di zaman di mana kebenaran sering kali menjadi korban dari narasi yang dominan, di mana suara-suara kritis dibungkam oleh kebisingan mayoritas, dan di mana kenyamanan konformitas sering kali lebih menarik daripada ketidaknyamanan berdiri sendiri.

Namun, justru di saat-saat seperti inilah kita harus ingat bahwa perubahan positif dalam masyarakat selalu dimulai dengan individu-individu yang berani menantang status quo. Setiap kali kita memilih untuk berdiri teguh dalam keyakinan kita, meskipun itu berarti berdiri sendirian, kita tidak hanya menjaga integritas pribadi kita, tetapi juga meletakkan batu pertama untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

Tentu saja, ini bukan berarti bahwa kita harus bersikap keras kepala atau tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Kerendahan hati untuk mengakui ketika kita salah dan kesediaan untuk belajar dan tumbuh juga merupakan bagian penting dari perjalanan moral kita. Namun, ketika kita telah melakukan introspeksi yang mendalam dan yakin akan kebenaran posisi kita, kita harus memiliki keberanian untuk mempertahankannya.

Pada akhirnya, pilihan untuk berani menjadi benar meskipun sendirian adalah pilihan untuk hidup secara otentik, untuk menjadi agen perubahan aktif dalam masyarakat kita, dan untuk meninggalkan warisan yang akan bertahan lama setelah kita tiada. Ini adalah pilihan untuk menjalani hidup yang bermakna, yang digerakkan oleh prinsip dan bukan oleh penerimaan sosial semata.

Maka, marilah kita renungkan kata-kata Baharuddin Lopa tidak hanya sebagai nasihat bijak, tetapi sebagai panggilan untuk bertindak. Mari kita beranikan diri untuk menjadi suara kebenaran di tengah kebisingan kesalahan kolektif. Karena pada akhirnya, satu suara kebenaran yang berani bisa menjadi percikan yang memicu perubahan besar dalam masyarakat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun