Tahap kedua, Intermediate, kembali menguji peserta dengan 20 soal berbasis STEM dalam durasi yang sama. Namun, tingkat kesulitan tentu saja meningkat, dan hanya dua tim terbaik dari setiap jenjang di setiap provinsi yang akan lolos ke tahap selanjutnya. Tahap ini tidak hanya menguji pengetahuan, tetapi juga kemampuan peserta untuk bekerja di bawah tekanan dan mengelola waktu dengan efektif.
Tahap ketiga, Advanced, membawa kompetisi ke level yang lebih tinggi. Di sini, setiap tim ditantang untuk membuat desain proyek berbasis STEM dengan mengusung kearifan lokal sesuai dengan tema yang dipilih. Tahap ini tidak hanya menguji pemahaman STEM, tetapi juga kreativitas, kemampuan berpikir out of the box, dan kepekaan terhadap potensi dan kearifan lokal. Hanya satu tim terbaik dari setiap jenjang di setiap provinsi yang akan melaju ke tahap final.
Tahap terakhir, Final, merupakan puncak dari seluruh proses. Tim-tim finalis akan merealisasikan desain proyek STEM mereka, mendokumentasikannya dalam bentuk video, dan mempresentasikannya. Di sinilah seluruh keterampilan yang telah diasah sepanjang kompetisi -- mulai dari pemahaman konsep STEM, kreativitas, kemampuan komunikasi, hingga keterampilan presentasi -- akan diuji secara menyeluruh.
Kihajar STEM bukan sekadar kompetisi; ia adalah sebuah perjalanan pembelajaran yang komprehensif. Melalui berbagai tahapan yang ada, peserta tidak hanya diuji pengetahuannya, tetapi juga dibentuk karakternya. Kejujuran dan disiplin diuji melalui pengerjaan soal secara daring. Kreativitas dan kemampuan berpikir kritis diasah melalui perancangan dan pembuatan proyek. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi dilatih melalui kerja tim dan presentasi proyek.
Lebih dari itu, Kihajar STEM juga menjadi wadah untuk memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi muda. Dengan mengharuskan peserta untuk mengusung tema kearifan lokal dalam proyek mereka, program ini secara tidak langsung mendorong peserta untuk menggali, memahami, dan mengapresiasi kekayaan budaya dan potensi daerah mereka masing-masing. Ini menjadi langkah strategis dalam menjaga identitas dan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.
Dalam konteks yang lebih luas, Kihajar STEM dapat dilihat sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan industri. Dengan membekali peserta didik dengan keterampilan STEM dan soft skills yang relevan, program ini mempersiapkan mereka untuk menjadi SDM yang siap menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 dan bahkan Society 5.0.
Meski demikian, keberhasilan Kihajar STEM tentu tidak bisa dilepaskan dari peran serta berbagai pihak. Dukungan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, menjadi kunci dalam menyediakan infrastruktur dan sumber daya yang diperlukan. Peran aktif guru dan sekolah juga sangat penting dalam memotivasi dan membimbing peserta didik. Tak kalah pentingnya adalah dukungan dari orang tua dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan minat dan bakat anak di bidang STEM.
Kihajar STEM mungkin masih merupakan langkah awal, namun ia membawa harapan besar bagi masa depan pendidikan Indonesia. Program ini tidak hanya bertujuan melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat dan memiliki kecintaan terhadap tanah air. Dengan konsep yang komprehensif dan pelaksanaan yang sistematis, Kihajar STEM berpotensi menjadi katalis dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga kokoh dalam nilai-nilai kebangsaan dan kearifan lokal.
Melalui Kihajar STEM, Indonesia melangkah maju dalam mempersiapkan generasi penerusnya menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa. Ini adalah investasi jangka panjang yang, jika dikelola dengan baik dan konsisten, akan memberikan hasil yang signifikan bagi kemajuan bangsa di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H