Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi tradisi ini? Haruskah kita menghapusnya sepenuhnya, atau adakah cara untuk memodifikasinya agar lebih sesuai dengan kebutuhan pendidikan modern?
Salah satu solusi adalah mengganti kegiatan meminta tanda tangan dengan aktivitas yang lebih terstruktur dan bermakna. Misalnya, sekolah bisa mengadakan sesi "meet and greet" di mana siswa dan guru bisa berinteraksi dalam kelompok kecil. Ini bisa mencakup permainan perkenalan atau diskusi ringan tentang minat dan hobi, yang bisa menciptakan koneksi yang lebih mendalam daripada sekadar meminta tanda tangan.
Alternatif lain adalah menggunakan teknologi untuk memfasilitasi perkenalan. Sekolah bisa membuat platform digital di mana profil singkat guru-guru ditampilkan, dan siswa bisa berinteraksi melalui forum online atau sesi tanya jawab virtual. Ini bisa menjadi cara yang lebih inklusif dan kurang mengintimidasi bagi siswa yang pemalu, sambil tetap mencapai tujuan pengenalan.
Kita juga bisa mempertimbangkan untuk mengintegrasikan pengenalan guru ke dalam kegiatan orientasi yang lebih luas. Misalnya, guru-guru bisa dilibatkan dalam tur sekolah, memimpin sesi informasi tentang mata pelajaran mereka, atau berpartisipasi dalam kegiatan team building bersama siswa. Ini bisa menciptakan interaksi yang lebih alami dan bermakna.
Penting juga untuk mempertimbangkan perspektif siswa dalam merancang kegiatan orientasi. Sekolah bisa melakukan survei kepada siswa baru tentang apa yang mereka harapkan dari MPLS dan bagaimana mereka ingin berinteraksi dengan guru-guru mereka. Ini bisa memberikan wawasan berharga untuk merancang program yang benar-benar memenuhi kebutuhan siswa.
Pada akhirnya, tujuan utama dari setiap kegiatan dalam MPLS haruslah untuk membuat siswa merasa disambut, nyaman, dan siap untuk memulai perjalanan akademik mereka. Jika tradisi meminta tanda tangan guru tidak lagi efektif dalam mencapai tujuan ini, mungkin sudah waktunya untuk menggantinya dengan pendekatan yang lebih modern dan inklusif.
Sebagai pendidik dan pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, kita memiliki tanggung jawab untuk terus mengevaluasi dan memperbarui praktik-praktik kita. Tradisi memang penting, tetapi tidak boleh dipertahankan hanya karena "selalu begitu". Kita harus berani untuk meninjau ulang dan mengubah pendekatan kita demi kepentingan terbaik para siswa.
Dengan mempertimbangkan kembali kegiatan seperti meminta tanda tangan guru saat MPLS, kita membuka peluang untuk menciptakan pengalaman orientasi yang lebih bermakna, inklusif, dan sesuai dengan kebutuhan generasi siswa saat ini. Mari kita manfaatkan momen MPLS tidak hanya untuk memperkenalkan siswa pada lingkungan fisik sekolah, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai penting seperti rasa ingin tahu, kreativitas, dan semangat kolaborasi yang akan mereka butuhkan dalam perjalanan pendidikan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H