Miskonsepsi lain yang sering terjadi adalah kecenderungan untuk membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan gaya belajar.Â
Pendidik mungkin berpikir bahwa dengan mengelompokkan peserta didik berdasarkan gaya belajar mereka dan menyajikan materi yang "cocok" dengan gaya tersebut, pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pendekatan ini sebenarnya kontraproduktif.
"Pencocokan" gaya belajar dengan materi belajar terbukti bukan praktik yang efektif. Selain merepotkan pendidik yang harus menyiapkan berbagai versi materi untuk setiap kelompok, pendekatan ini juga bisa merugikan peserta didik.Â
Mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan belajar yang lebih luas dan beragam.
Lebih jauh lagi, pengelompokan berdasarkan gaya belajar bisa menciptakan segregasi yang tidak perlu di dalam kelas. Ini dapat menghambat interaksi dan pertukaran ide antar peserta didik dengan preferensi belajar yang berbeda, padahal keragaman perspektif justru bisa memperkaya pengalaman belajar.
Pendekatan yang Lebih Efektif
Alih-alih fokus pada gaya belajar, pembelajaran terdiferensiasi yang efektif sebaiknya berpusat pada tingkat kesiapan dan kemampuan awal peserta didik.Â
Pengelompokan, jika diperlukan, sebaiknya dilakukan berdasarkan faktor-faktor ini, bukan berdasarkan preferensi belajar yang diasumsikan.
Yang bisa dan perlu dilakukan pendidik terkait gaya belajar adalah mengombinasikan bahan ajar dan metode yang bervariasi untuk mengajarkan sebuah topik.Â
Ini berarti menyajikan materi melalui berbagai cara: penjelasan tertulis dan lisan, materi visual seperti gambar dan video, serta praktik atau penerapan untuk menyelesaikan masalah nyata.
Dengan pendekatan yang kaya dan beragam ini, pendidik dapat memastikan bahwa semua peserta didik, terlepas dari preferensi belajar mereka, memiliki kesempatan untuk terlibat dengan materi secara mendalam.Â