Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Paradoks Gaya Hidup Konsumtif di Bulan Ramadhan

12 Maret 2024   09:43 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:02 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayat ini melarang umat Muslim untuk mengonsumsi harta dengan cara yang batil, seperti pemborosan dan pola hidup konsumtif yang berlebihan. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk mengonsumsi harta dengan cara yang baik dan benar, sesuai dengan kebutuhan, bukan untuk memenuhi hawa nafsu semata.

Bulan Ramadhan seharusnya menjadi bulan untuk meningkatkan ketaqwaan dan kesabaran, bukan untuk memuaskan hawa nafsu yang berlebihan. Kita seharusnya menggunakan waktu ini untuk lebih banyak beribadah, bersedekah, dan memperbaiki diri. Bukannya justru terjebak dalam perilaku konsumtif yang hanya akan menghabiskan harta dan energi kita tanpa manfaat yang berarti. Sebagaimana sabda Rasulullah :

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan disertai keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadhan seharusnya dibarengi dengan keimanan dan niat yang tulus untuk mendapatkan pahala dari Allah, bukan untuk memenuhi hawa nafsu duniawi semata.

Menjadi seorang Muslim yang baik tidak hanya diukur dari seberapa banyak kita beribadah di masjid atau membaca Al-Quran. Namun, juga bagaimana kita mampu mengendalikan diri dari godaan duniawi, termasuk godaan untuk hidup konsumtif. Bulan Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk merenung dan belajar menjadi seorang Muslim yang sebenar-benarnya, bukan hanya sekedar menjalankan ritual puasa saja.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa waspada terhadap godaan hidup konsumtif selama Ramadhan. Jangan sampai kita terjebak dalam paradoks yang justru menjauhkan kita dari esensi puasa itu sendiri. Jadikan bulan suci ini sebagai momentum untuk meningkatkan ketaqwaan dan kesabaran, bukan untuk memuaskan hawa nafsu yang berlebihan. Hanya dengan demikian, kita dapat naik kelas menjadi seorang Muslim yang benar-benar bertaqwa (muttaqin) dan mendapatkan ridha Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun