Dalam implementasinya, pengawasan dan monitoring ketat oleh pihak berwenang sangat dibutuhkan. Ini untuk memastikan standar kebersihan dan mutu gizi makanan terjaga. Perlu pula sosialisasi kepada orang tua terkait tujuan dan manfaat program makan siang gratis ini agar tidak disalahartikan. Lakukan evaluasi berkala untuk mengetahui dampak program terhadap status gizi dan prestasi belajar siswa.
Jika memang terbukti efektif meningkatkan gizi dan prestasi anak, program dapat diperluas secara bertahap ke sekolah-sekolah lainnya. Namun tetap pertimbangkan kesiapan dan anggaran secara matang. Jangan terburu-buru hanya demi genjot capaian kuantitas.Â
Selain sekolah negeri, sekolah swasta pun perlu dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam program ini. Banyak siswa tidak mampu yang bersekolah di swasta dengan beasiswa atau bantuan biaya dari yayasan. Mereka tentu juga layak mendapatkan makan siang gratis guna menunjang gizi dan belajarnya.
Dukungan dari berbagai elemen masyarakat juga diperlukan untuk suksesnya program makan siang gratis ini. Misalnya, kalangan pengusaha setempat bisa menyumbang dana untuk pengadaan dapur dan peralatan memasak di sekolah. Organisasi kemasyarakatan juga dapat dilibatkan untuk sosialisasi dan edukasi gizi seimbang kepada orang tua dan siswa.
Demikian pandangan saya terkait program makan siang gratis di sekolah yang tengah hangat diperbincangkan ini. Pada intinya saya tidak menolak program tersebut selama tidak mengganggu anggaran pendidikan yang lebih fundamental seperti BOS. Pelaksanaannya juga memerlukan perencanaan dan persiapan matang agar tepat sasaran dan berjalan efektif. Semoga pandangan ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H