Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Program Makan Siang Gratis Menggerus Biaya Pendidikan?

3 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 3 Maret 2024   00:05 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen kompas.id 

Dalam implementasinya, pengawasan dan monitoring ketat oleh pihak berwenang sangat dibutuhkan. Ini untuk memastikan standar kebersihan dan mutu gizi makanan terjaga. Perlu pula sosialisasi kepada orang tua terkait tujuan dan manfaat program makan siang gratis ini agar tidak disalahartikan. Lakukan evaluasi berkala untuk mengetahui dampak program terhadap status gizi dan prestasi belajar siswa.

Jika memang terbukti efektif meningkatkan gizi dan prestasi anak, program dapat diperluas secara bertahap ke sekolah-sekolah lainnya. Namun tetap pertimbangkan kesiapan dan anggaran secara matang. Jangan terburu-buru hanya demi genjot capaian kuantitas. 

Selain sekolah negeri, sekolah swasta pun perlu dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam program ini. Banyak siswa tidak mampu yang bersekolah di swasta dengan beasiswa atau bantuan biaya dari yayasan. Mereka tentu juga layak mendapatkan makan siang gratis guna menunjang gizi dan belajarnya.

Dukungan dari berbagai elemen masyarakat juga diperlukan untuk suksesnya program makan siang gratis ini. Misalnya, kalangan pengusaha setempat bisa menyumbang dana untuk pengadaan dapur dan peralatan memasak di sekolah. Organisasi kemasyarakatan juga dapat dilibatkan untuk sosialisasi dan edukasi gizi seimbang kepada orang tua dan siswa.

Demikian pandangan saya terkait program makan siang gratis di sekolah yang tengah hangat diperbincangkan ini. Pada intinya saya tidak menolak program tersebut selama tidak mengganggu anggaran pendidikan yang lebih fundamental seperti BOS. Pelaksanaannya juga memerlukan perencanaan dan persiapan matang agar tepat sasaran dan berjalan efektif. Semoga pandangan ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun