Sayangnya fenomena "invisible women" ini sudah berlangsung lama tanpa disadari. Dunia masih berputar dengan menggunakan asumsi bahwa tubuh dan pengalaman pria mewakili manusia pada umumnya.Â
Padahal setengah populasi bumi adalah perempuan dengan kebutuhan dan karakteristik fisik yang berbeda. Maka sampai kapan pun ketimpangan dan ketidakadilan akan terus berlanjut jika cara pandang ini tidak diubah.
Buku Caroline Criado Perez ini menjadi pembuka mata bahwa sudut pandang laki-laki tidak bisa mewakili semua manusia. Â Data diperlukan untuk membuka tabir ketidaksetaraan gender yang selama ini tersembunyi.Â
Dengan demikian, kita bisa merancang produk, lingkungan, dan sistem yang lebih adil dan inklusif bagi seluruh umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Menyadari adanya "invisible women" adalah langkah pertama untuk membangun dunia yang lebih setara.
Buku Invisible Women mengungkap fakta bahwa desain produk dan lingkungan di sekitar kita masih didominasi sudut pandang laki-laki. Akibatnya, kebutuhan dan pengalaman perempuan kerap diabaikan. Ini menimbulkan berbagai ketimpangan dan ketidaknyamanan yang selama ini dianggap biasa.Â
Sudah saatnya kita meninjau ulang asumsi dan cara pandang yang selama ini kita anut agar bisa membangun dunia yang lebih adil dan inklusif bagi semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H