Sementara itu, siswa-siswa terus mengerjakan soal-soal yang dihadirkan oleh Gurunya. Bagi mereka, itu hanyalah bagian dari rutinitas akademis, tanpa menyadari betapa rumitnya proses di balik layar yang dilakukan oleh guru mereka. Sebagai siswa, mungkin mereka belum sepenuhnya memahami betapa berharganya waktu dan upaya yang dikeluarkan oleh guru untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna.
Dalam kisah ini, terbentang suatu realitas yang mungkin ditemui di banyak ruang kelas. Guru yang tekun menciptakan soal dengan teliti, namun siswa yang mungkin kurang mengapresiasi upaya tersebut karena mereka hanya melihat hasil akhirnya. Sebagai pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, apakah kita bisa menemukan titik temu yang menghormati usaha guru dan menjaga keadilan dalam pemberian ujian kepada siswa?
Pertanyaan ini menggantung di udara, seperti cerita Guru tersebut yang terus berlanjut setiap semester. Mungkin, dengan refleksi yang mendalam dari semua pihak yang terlibat, kita dapat menemukan cara untuk menciptakan sistem evaluasi yang adil dan bermakna, di mana upaya guru dihargai sejalan dengan pemahaman siswa yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H