Memberikan dukungan kepada siswa yang tidak menyukai pelajarannya juga menjadi langkah penting. Semangat dan motivasi dari guru dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk tetap berusaha. Guru juga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapi, menciptakan rasa percaya diri yang lebih besar.
Beberapa tindakan konkret yang dapat dilakukan guru untuk berempati kepada siswa melibatkan interaksi langsung. Guru dapat memulai percakapan dengan menyatakan pemahaman terhadap ketidaknyamanan siswa, memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbagi pandangan dan solusi yang diinginkan.
Survei juga merupakan alat efektif untuk mengumpulkan pendapat siswa. Pertanyaan yang relevan, seperti "Apa yang bisa diubah untuk membuat pelajaran ini lebih menarik?" dapat memberikan wawasan berharga untuk perbaikan.
Selain itu, pengembangan tugas yang lebih relevan dengan kehidupan siswa dapat meningkatkan minat mereka terhadap pelajaran. Contohnya, guru sejarah dapat mengajak siswa untuk membuat karya tulis tentang sejarah lokal, menjadikan pembelajaran lebih nyata dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Kolaborasi dengan siswa untuk mengembangkan kegiatan belajar yang menyenangkan juga dapat membantu mengubah persepsi mereka terhadap pelajaran. Melibatkan mereka dalam pembuatan game edukatif atau pembuatan video pembelajaran bisa menjadi alternatif menarik.
Dengan berempati kepada siswa, guru bukan hanya menciptakan lingkungan belajar yang positif, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung. Ini menciptakan fondasi bagi pembelajaran yang efektif dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Keseluruhan, empati dalam pendidikan memiliki dampak jangka panjang yang positif, membentuk individu yang lebih bersemangat dan berprestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H