"Empati adalah jembatan kebijaksanaan, menghubungkan hati guru dan siswa dalam pembelajaran yang bermakna."
Empati, kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, memiliki peran krusial dalam konteks pendidikan. Khususnya, guru perlu mengasah kemampuan empati mereka untuk memahami kebutuhan dan kesulitan siswa, terutama yang tidak menyukai pelajaran yang diampunya.
Pertama-tama, guru perlu menerima perasaan siswa yang tidak menyukai pelajaran tersebut. Memahami bahwa setiap siswa memiliki alasan tersendiri untuk ketidaknyamanannya merupakan langkah awal penting. Alasan tersebut dapat bervariasi, mulai dari kurangnya ketertarikan terhadap materi, hingga ketidaksesuaian cara pengajaran.
Dalam menghadapi perasaan siswa, guru diharapkan tidak hanya berhenti pada pemahaman dasar, melainkan melibatkan diri secara mendalam dalam dinamika individual masing-masing siswa. Beberapa siswa mungkin merasa kesusahan karena kurangnya keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, memahami akar permasalahan ini menjadi langkah lebih lanjut untuk membuka pintu komunikasi yang efektif.
Adapun, beberapa siswa mungkin merasa terintimidasi oleh metode pengajaran yang digunakan. Guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, dan metode pengajaran yang berhasil bagi satu siswa belum tentu cocok untuk yang lain. Oleh karena itu, menerima perasaan siswa juga berarti membuka diri untuk mengeksplorasi variasi pendekatan pembelajaran yang lebih inklusif.
Guru dapat menciptakan ruang diskusi terbuka di mana siswa merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan pandangan mereka terhadap pembelajaran. Dengan memahami alasan di balik ketidaknyamanan siswa, guru dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan individual, menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah dan mendukung.
Penerimaan terhadap perasaan siswa juga mencakup memberikan ruang untuk ekspresi dan refleksi. Guru dapat mengajak siswa untuk mengeksplorasi pemikiran mereka melalui jurnal atau kegiatan kreatif lainnya. Ini tidak hanya membantu siswa menyampaikan perasaan mereka, tetapi juga memberikan guru wawasan lebih lanjut untuk merancang strategi pembelajaran yang lebih personal.
Dengan demikian, menerima perasaan siswa bukanlah sekadar langkah awal, tetapi merupakan fondasi untuk membangun hubungan yang kuat antara guru dan siswa. Melalui penerimaan ini, guru dapat menciptakan ruang belajar yang lebih terbuka, responsif, dan mendukung, mengarah pada perkembangan siswa yang holistik dan berhasil.
Langkah selanjutnya yang sangat penting adalah dengan mencari tahu akar permasalahan yang menyebabkan ketidaknyamanan siswa. Proses ini dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti melakukan percakapan pribadi yang bersifat lebih intim atau melibatkan siswa dalam survei.Â
Dalam interaksi percakapan pribadi, guru dapat menciptakan ruang aman di mana siswa merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan pandangan mereka secara lebih terbuka. Dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, guru dapat menangkap nuansa yang mendasari ketidaknyamanan tersebut.
Sementara itu, survei dapat menjadi alat yang efektif untuk mengumpulkan data secara lebih luas dari sejumlah siswa. Pertanyaan yang dirancang dengan cermat dapat mengungkap informasi penting tentang preferensi, harapan, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran. Hasil survei ini dapat memberikan gambaran yang lebih holistik dan mencakup berbagai pandangan, memberikan perspektif yang lebih luas kepada guru.
Menggali alasan di balik ketidaknyamanan siswa bukan hanya tentang menemukan "masalah", tetapi lebih pada memahami lapisan-lapisan kompleks dari setiap situasi. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, guru dapat mengidentifikasi akar permasalahan dan menyusun solusi yang lebih tepat sasaran.Â
Proses ini melibatkan analisis mendalam terhadap faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi persepsi siswa terhadap pembelajaran, sehingga memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah yang efektif dan berkelanjutan.
Mendalamnya pemahaman guru terhadap siswa tidak hanya sebatas menerima alasan ketidaknyamanan, melainkan juga mencakup upaya aktif untuk memahami perspektif mereka secara lebih holistik. Guru dapat memperluas pandangannya dengan tidak hanya mengidentifikasi penyebab ketidaknyamanan, tetapi juga dengan menempatkan diri sepenuhnya dalam posisi siswa.
Dengan menempatkan diri dalam posisi siswa, guru membuka pintu untuk menyelami dunia internal mereka. Ini melibatkan kemampuan untuk merasakan emosi, merangkul pemikiran, dan mengerti perasaan siswa dengan lebih mendalam.Â
Dalam proses ini, guru tidak hanya melihat pelajaran dari sudut pandang pengajar, tetapi juga mengadopsi perspektif siswa untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana pelajaran tersebut dapat dihidupkan dalam pikiran dan hati mereka.
Sebagai contoh, jika seorang siswa tidak menyukai pelajaran matematika, guru tidak hanya fokus pada kurangnya ketertarikan siswa terhadap rumus dan angka.Â
Sebaliknya, guru yang berempati akan mencoba memahami apa yang membuat siswa tersebut merasa terkendala atau kurang tertarik. Mungkin siswa tersebut kesulitan mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari mereka, atau mungkin mereka membutuhkan pendekatan pembelajaran yang lebih praktis dan terkait dengan konteks nyata.
Dengan menempatkan diri dalam posisi siswa, guru tidak hanya menciptakan kesadaran terhadap kebutuhan siswa, tetapi juga memberikan fondasi bagi pengembangan pendekatan pembelajaran yang lebih pribadi dan relevan. Ini bukan hanya tentang meresapi ketidaknyamanan siswa, tetapi juga tentang memahami bagaimana mereka melihat dunia dan bagaimana pembelajaran dapat menjadi pengalaman yang lebih bermakna bagi mereka. Dengan demikian, upaya guru untuk memahami perspektif siswa tidak hanya menciptakan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan, tetapi juga membangun jembatan emosional yang kuat antara pengajar dan peserta didik.
Jika alasan ketidaknyamanan siswa terkait dengan cara mengajar guru, perubahan diperlukan. Guru perlu mengubah metode pengajaran mereka agar lebih menarik, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan siswa. Hal ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis dan mendukung.
Memberikan dukungan kepada siswa yang tidak menyukai pelajarannya juga menjadi langkah penting. Semangat dan motivasi dari guru dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk tetap berusaha. Guru juga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapi, menciptakan rasa percaya diri yang lebih besar.
Beberapa tindakan konkret yang dapat dilakukan guru untuk berempati kepada siswa melibatkan interaksi langsung. Guru dapat memulai percakapan dengan menyatakan pemahaman terhadap ketidaknyamanan siswa, memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbagi pandangan dan solusi yang diinginkan.
Survei juga merupakan alat efektif untuk mengumpulkan pendapat siswa. Pertanyaan yang relevan, seperti "Apa yang bisa diubah untuk membuat pelajaran ini lebih menarik?" dapat memberikan wawasan berharga untuk perbaikan.
Selain itu, pengembangan tugas yang lebih relevan dengan kehidupan siswa dapat meningkatkan minat mereka terhadap pelajaran. Contohnya, guru sejarah dapat mengajak siswa untuk membuat karya tulis tentang sejarah lokal, menjadikan pembelajaran lebih nyata dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Kolaborasi dengan siswa untuk mengembangkan kegiatan belajar yang menyenangkan juga dapat membantu mengubah persepsi mereka terhadap pelajaran. Melibatkan mereka dalam pembuatan game edukatif atau pembuatan video pembelajaran bisa menjadi alternatif menarik.
Dengan berempati kepada siswa, guru bukan hanya menciptakan lingkungan belajar yang positif, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung. Ini menciptakan fondasi bagi pembelajaran yang efektif dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Keseluruhan, empati dalam pendidikan memiliki dampak jangka panjang yang positif, membentuk individu yang lebih bersemangat dan berprestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H