Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Gentrifikasi dan Kasus Rempang

17 September 2023   09:03 Diperbarui: 17 September 2023   09:17 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Keberagaman budaya adalah harta berharga yang harus dijaga saat kota bertransformasi."

Gentrifikasi adalah istilah yang sering kita dengar dalam perkembangan kota-kota besar di seluruh dunia. Ini adalah proses perubahan wilayah yang awalnya dihuni oleh penduduk berpenghasilan rendah atau menengah ke wilayah yang lebih modern dan seringkali mewah. 

Namun, bagaimana gentrifikasi memengaruhi penduduk yang ada di wilayah yang mengalami transformasi ini adalah pertanyaan yang sering diperdebatkan. Kasus di Rempang, Batam, pada tanggal 13 Juli 2023, menawarkan pandangan yang jelas tentang dampak negatif gentrifikasi terhadap penduduk dengan pendapatan rendah.

Mari tinjau kasus ini lebih detail. Pada tanggal yang disebutkan, pemerintah daerah Batam memutuskan untuk menggusur warga Rempang untuk kepentingan pembangunan infrastruktur. 

Warga yang digusur adalah penduduk setia Rempang yang telah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Mereka terdiri dari kelompok dengan pendapatan rendah yang tidak mampu membeli properti baru di wilayah yang gentrifikasi. Kasus ini memunculkan beberapa aspek yang menunjukkan bahwa gentrifikasi tidak selalu berdampak positif.

Pertama-tama, ada pengusiran penduduk. Penggusuran ini terutama melibatkan warga dengan pendapatan rendah yang secara finansial tidak mampu bersaing dengan harga properti yang terus meningkat di wilayah gentrifikasi. 

Mereka yang telah lama menjadi bagian dari komunitas Rempang terpaksa meninggalkan rumah mereka tanpa banyak pilihan. Ini memunculkan pertanyaan moral tentang bagaimana gentrifikasi dapat mengorbankan warga yang kurang beruntung.

Selanjutnya, gentrifikasi akan mengubah karakter wilayah tersebut. Rempang, yang awalnya merupakan wilayah nelayan tradisional, akan berubah menjadi wilayah perkotaan dengan infrastruktur modern. 

Perubahan ini, sementara mungkin dilihat sebagai kemajuan bagi beberapa pihak, dapat menghilangkan jejak sejarah dan budaya asli wilayah tersebut. Ini adalah aspek yang sering diabaikan dari gentrifikasi - perubahan tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga meresap ke dalam budaya dan identitas komunitas.

Selain itu, gentrifikasi dapat memperburuk kesenjangan sosial. Warga Rempang yang digusur akan menjadi lebih rentan terhadap kemiskinan dan kesenjangan sosial. 

Mereka yang telah kehilangan tempat tinggal mereka di wilayah gentrifikasi mungkin akan terpinggirkan dan kesulitan mendapatkan akses ke pekerjaan dan layanan dasar lainnya. Inilah mengapa penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan dampak sosial gentrifikasi dalam kebijakan pembangunan mereka.

Pemerintah daerah Batam telah memberikan kompensasi kepada warga yang digusur sebagai langkah awal dalam menangani dampak gentrifikasi. Meskipun tindakan ini diapresiasi, banyak yang berpendapat bahwa kompensasi tersebut masih jauh dari memadai. 

Warga Rempang yang digusur menghadapi tantangan yang signifikan dalam mencari tempat tinggal baru yang terjangkau, terutama di wilayah yang semakin mahal akibat gentrifikasi ini. Harga properti yang terus meningkat membuat sulit bagi mereka yang telah terusir untuk menemukan alternatif yang sesuai dengan anggaran mereka.

Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan ulasan kritis ini sebagai panggilan untuk bertindak lebih lanjut. Diperlukan pendekatan yang lebih holistik untuk mengatasi dampak negatif gentrifikasi yang lebih berdampak pada penduduk berpenghasilan rendah. 

Selain kompensasi, pemerintah harus berfokus pada penyediaan alternatif perumahan yang terjangkau, memperbaiki aksesibilitas transportasi, dan menggali solusi yang dapat membantu warga yang terdampak untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan sosial dan ekonomi. 

Dengan begitu, pemerintah dapat memastikan bahwa gentrifikasi tidak hanya memberikan manfaat bagi beberapa pihak, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan seluruh komunitas.

Untuk mengatasi masalah gentrifikasi, pemerintah perlu mengambil beberapa langkah yang konkrit. Pertama, mereka dapat mengembangkan rumah susun yang terjangkau untuk penduduk berpenghasilan rendah di wilayah-wilayah yang mengalami gentrifikasi. Ini akan memberikan alternatif yang terjangkau bagi warga yang terdampak pengusiran.

Selanjutnya, pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas transportasi ke wilayah-wilayah gentrifikasi. Ini akan memastikan bahwa penduduk berpenghasilan rendah tetap dapat mengakses wilayah tersebut meskipun harga properti meningkat. Transportasi yang efisien juga dapat membuka peluang pekerjaan baru bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat kota.

Selain itu, pembangunan ruang publik di wilayah-wilayah gentrifikasi dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif. Ruang publik yang ramah masyarakat dapat memfasilitasi interaksi antara penduduk dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi. Hal ini dapat mengurangi isolasi sosial yang sering muncul akibat gentrifikasi.

Upaya-upaya ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif gentrifikasi dan menciptakan kota yang lebih adil dan inklusif. Gentrifikasi mungkin tidak dapat dihindari dalam proses perkembangan kota, tetapi dengan tindakan yang tepat, kita dapat meminimalkan kerugian yang dialami oleh warga yang kurang beruntung. 

Pemerintah memiliki peran kunci dalam memastikan bahwa gentrifikasi tidak mengorbankan keadilan sosial dan budaya. Kasus Rempang, Batam, adalah peringatan penting bahwa kita harus mempertimbangkan dengan hati-hati dampak gentrifikasi terhadap seluruh komunitas kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun