Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya yang Salah di Sekolah Kedinasan

22 Juni 2023   00:01 Diperbarui: 22 Juni 2023   00:03 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Resolusi konflik dengan kebijaksanaan dan rasa hormat adalah jalan menuju keadilan, bukan melalui kekerasan fisik."

Kekerasan fisik yang sering terjadi di sekolah kedinasan merupakan isu yang serius dan memerlukan perhatian yang mendalam. Terbaru, kasus kekerasan menimpa taruna PIP Semarang, MG (19). Seperti yang diberitakan di kompas.id (21/06/2023) dengan judul Korban Kekerasan di PIP Semarang Mengaku Diteror Setelah Melapor.

Sekolah kedinasan, yang seharusnya menjadi lembaga pendidikan yang mempersiapkan individu untuk melayani negara dan masyarakat, seharusnya tidak menjadi tempat bagi kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan. 

Salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya kekerasan fisik di sekolah kedinasan adalah budaya yang salah. Beberapa sekolah kedinasan masih mempertahankan pandangan bahwa kekerasan fisik dapat digunakan sebagai cara untuk memperkuat ketahanan, disiplin, atau persatuan. 

Pandangan ini keliru dan tidak sesuai dengan pendekatan pendidikan yang seharusnya bertujuan untuk mengembangkan kualitas kepemimpinan, keterampilan komunikasi yang efektif, dan resolusi konflik yang damai. Pandangan ini harus diubah dengan mempromosikan nilai-nilai seperti kerjasama, saling menghormati, dan rasa tanggung jawab, yang merupakan landasan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang positif.

Selain itu, struktur hierarki yang kuat di sekolah kedinasan juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kekerasan fisik. Dalam struktur hierarki ini, para senior memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada yang lebih junior, dan hal ini dapat memunculkan kecenderungan penyalahgunaan kekuasaan dan perlakuan kasar. 

Penting bagi sekolah kedinasan untuk mengimplementasikan sistem pengawasan yang efektif dan memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang pangkat atau jabatan, bertanggung jawab atas tindakan dan perilakunya. Membangun lingkungan yang berdasarkan rasa hormat, keterbukaan, dan keadilan adalah langkah penting untuk mencegah kekerasan fisik.

Tekanan dan persaingan yang tinggi juga menjadi faktor yang berperan dalam terjadinya kekerasan fisik di sekolah kedinasan. Kehidupan di sekolah kedinasan seringkali penuh dengan tuntutan fisik dan mental yang berat, termasuk latihan fisik yang intensif, tekanan untuk mencapai prestasi tinggi, dan persaingan yang kuat antara siswa. 

Di bawah tekanan tersebut, beberapa siswa mungkin menggunakan perilaku agresif atau kekerasan untuk menunjukkan kekuatan atau dominasi. Untuk mengatasi masalah ini, sekolah kedinasan perlu memprioritaskan kesejahteraan dan kesehatan mental siswa. Program pendukungan emosional dan konseling yang efektif harus tersedia bagi siswa untuk membantu mereka mengelola stres, meningkatkan keterampilan pengelolaan emosi, dan membangun sikap saling menghormati.

Mengatasi kekerasan fisik di sekolah kedinasan merupakan langkah penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan sehat. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang dampak negatif kekerasan fisik serta pentingnya resolusi konflik yang damai. 

Siswa, guru, dan staf sekolah perlu dilibatkan dalam upaya ini untuk membangun pemahaman bersama tentang etika, nilai-nilai, dan praktik-praktik yang harus dijunjung tinggi dalam lingkungan pendidikan.

Selain itu, pembinaan dan pelatihan juga harus menjadi bagian integral dalam upaya pencegahan kekerasan fisik. Siswa perlu diberikan keterampilan sosial dan emosional yang memadai untuk mengelola konflik, berkomunikasi secara efektif, dan berperilaku dengan rasa hormat terhadap orang lain. 

Guru dan staf sekolah juga perlu mendapatkan pelatihan dalam manajemen emosi, teknik penyelesaian konflik, serta cara membangun lingkungan yang aman dan inklusif.

Peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting dalam mengatasi kekerasan fisik di sekolah kedinasan. Orang tua dan wali harus terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak mereka dan mendukung upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan yang aman. Komunitas juga dapat berperan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengedepankan nilai-nilai positif, saling menghormati, dan toleransi.

Jadi, kekerasan fisik di sekolah kedinasan tidak dapat dianggap lumrah atau diterima sebagai sesuatu yang biasa. Budaya yang salah, struktur hierarki yang kuat, dan tekanan yang tinggi adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kekerasan fisik. 

Untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan sehat, penting untuk mengubah pandangan yang salah, membangun struktur yang adil, serta memprioritaskan kesejahteraan siswa melalui program pendukungan emosional dan konseling yang efektif. Dengan kerjasama antara siswa, guru, orang tua, dan masyarakat, kita dapat mencegah kekerasan fisik dan membentuk generasi yang menghargai keadilan, saling menghormati, dan mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang damai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun