Siswa, guru, dan staf sekolah perlu dilibatkan dalam upaya ini untuk membangun pemahaman bersama tentang etika, nilai-nilai, dan praktik-praktik yang harus dijunjung tinggi dalam lingkungan pendidikan.
Selain itu, pembinaan dan pelatihan juga harus menjadi bagian integral dalam upaya pencegahan kekerasan fisik. Siswa perlu diberikan keterampilan sosial dan emosional yang memadai untuk mengelola konflik, berkomunikasi secara efektif, dan berperilaku dengan rasa hormat terhadap orang lain.Â
Guru dan staf sekolah juga perlu mendapatkan pelatihan dalam manajemen emosi, teknik penyelesaian konflik, serta cara membangun lingkungan yang aman dan inklusif.
Peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting dalam mengatasi kekerasan fisik di sekolah kedinasan. Orang tua dan wali harus terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak mereka dan mendukung upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan yang aman. Komunitas juga dapat berperan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengedepankan nilai-nilai positif, saling menghormati, dan toleransi.
Jadi, kekerasan fisik di sekolah kedinasan tidak dapat dianggap lumrah atau diterima sebagai sesuatu yang biasa. Budaya yang salah, struktur hierarki yang kuat, dan tekanan yang tinggi adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kekerasan fisik.Â
Untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan sehat, penting untuk mengubah pandangan yang salah, membangun struktur yang adil, serta memprioritaskan kesejahteraan siswa melalui program pendukungan emosional dan konseling yang efektif. Dengan kerjasama antara siswa, guru, orang tua, dan masyarakat, kita dapat mencegah kekerasan fisik dan membentuk generasi yang menghargai keadilan, saling menghormati, dan mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H