Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Inspirasi Ulama, Menulis untuk Kebaikan

9 April 2023   03:07 Diperbarui: 9 April 2023   06:11 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis dengan tinta dan pena. Sumber foto: stok foto Canva 

Contohnya, Imam Al-Ghazali dalam karyanya "Ihya' Ulumuddin" tidak hanya membahas teologi atau filsafat yang kompleks, tetapi juga memberikan nasihat praktis untuk kehidupan sehari-hari. Ia membahas berbagai hal seperti cara berdoa, cara mengendalikan emosi, dan cara mencintai Allah. Begitu juga dengan Imam Nawawi dalam karyanya "Riyadhus Shalihin" yang memberikan nasihat-nasihat untuk kehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran agama.

Hal lain yang dapat kita pelajari dari ulama-ulama terdahulu adalah kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan berdasarkan fakta. Mereka tidak hanya mengandalkan keyakinan atau dogma, tetapi juga mempertimbangkan bukti-bukti yang ada. Contohnya, Ibnu Sina dalam karyanya "Kitab Al-Shifa" melakukan pengamatan empiris dalam bidang kedokteran dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu kedokteran.

Ulama-ulama terdahulu juga memiliki kemampuan untuk menempatkan konteks dalam tulisan mereka. Mereka tidak hanya menulis untuk zaman mereka, tetapi juga untuk masa depan. Karya-karya mereka tetap relevan hingga kini karena mereka mampu menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat pada masanya. Mereka juga memberikan solusi yang relevan untuk masalah yang dihadapi masyarakat pada masanya.

Menulis tidak hanya tentang menyampaikan ide atau gagasan, tetapi juga tentang memahami konteks dan menghubungkannya dengan kebutuhan dan situasi masa kini. Kita perlu memahami bahwa tulisan kita tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Oleh karena itu, kita perlu menulis dengan fokus pada audiens dan kebutuhan mereka.

Selain itu, ulama-ulama terdahulu juga memiliki tekad yang kuat untuk menulis. Mereka tidak hanya menulis untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Mereka juga memiliki semangat untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Mereka tidak pernah puas dengan ilmu yang sudah dimilikinya, tetapi selalu mencari ilmu baru dan terus belajar.

Dari sini, kita dapat belajar bahwa menulis juga membutuhkan tekad dan semangat yang kuat. Kita perlu memiliki tujuan yang jelas dalam menulis dan tekad untuk terus belajar dan berkembang. Kita juga perlu memiliki semangat untuk berbagi ilmu dan memberikan manfaat bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun