Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hedonisme vs Moralitas: Pertarungan Abadi antara 'Kesurupan' dan 'Kesadaran'

17 Maret 2023   18:54 Diperbarui: 17 Maret 2023   18:56 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk pamer kekayaan. Sumber foto : Stok Canva

"Kemewahan bisa memberikan kepuasan sesaat, namun nilai-nilai moralitas yang baik akan memberikan kebahagiaan yang abadi"

Fenomena banyak pejabat di Indonesia dan keluarganya yang pamer kekayaan menjadi sorotan netizen dalam beberapa minggu terakhir ini. Banyak orang merasa geram dengan perilaku hedonistik yang merajalela di kalangan pejabat dan keluarganya. Fenomena ini menunjukkan bahwa kesurupan hedonisme sudah merambah ke dalam masyarakat kita.

Hedonisme merupakan pandangan hidup yang mengutamakan kenikmatan dan kepuasan sensori sebagai tujuan hidup. Pandangan hidup ini sering kali dikaitkan dengan perilaku konsumtif, hedonistik, dan materialistik. 

Dalam pandangan hedonisme, kekayaan dan kemewahan merupakan simbol dari kesuksesan dan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu, banyak pejabat dan keluarganya yang berlomba-lomba untuk memamerkan kekayaan dan kemewahan mereka.

Salah satu tanda kesurupan hedonisme yang paling mencolok adalah perilaku pamer kemewahan. Pejabat dan keluarganya seringkali memamerkan barang-barang mewah yang mereka miliki, seperti mobil sport, jam tangan mewah, tas mewah, dan lain sebagainya. 

Mereka seringkali mengunggah foto-foto kekayaan mereka di media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Mereka beranggapan bahwa perilaku pamer kemewahan adalah hal yang lumrah dan wajar dilakukan sebagai orang yang sukses dan berpengaruh.

Kesurupan hedonisme juga membuat pejabat dan keluarganya mudah menghambur-hamburkan harta. Mereka seringkali menghabiskan uang mereka untuk membeli barang-barang mewah dan melakukan perjalanan mewah ke luar negeri. 

Mereka juga seringkali melakukan pemborosan dalam pengelolaan keuangan negara. Hal ini menjadi masalah besar karena mereka seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat dalam mengelola keuangan dengan bijak.

Senang berganti-ganti barang branded juga menjadi tanda kesurupan hedonisme. Pejabat dan keluarganya seringkali tidak puas dengan barang mewah yang mereka miliki. 

Mereka senang berganti-ganti barang mewah yang mereka miliki setiap saat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak pernah merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.

Tergila-gila dengan sanjungan juga menjadi tanda kesurupan hedonisme. Pejabat dan keluarganya senang mendapat sanjungan dan pujian dari orang lain. 

Mereka seringkali menggunakan kekayaan dan kemewahan mereka untuk mendapatkan sanjungan dan pujian dari orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk merasa puas.

Terjebak pada persaingan materi juga menjadi tanda kesurupan hedonisme. Pejabat dan keluarganya seringkali terlibat dalam persaingan materi yang tidak sehat. Mereka berlomba-lomba untuk memiliki barang-barang mewah yang lebih mahal dari yang dimiliki oleh orang lain. 

Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak lagi peduli dengan nilai-nilai yang lebih penting seperti kejujuran, integritas, dan moralitas. Mereka lebih mengutamakan materi dan kesuksesan pribadi dibandingkan dengan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.

Kesurupan hedonisme juga membuat pejabat dan keluarganya gampang tersinggung dan gengsian. Mereka tidak menerima kritik dan kritikan yang mempertanyakan keabsahan kekayaan mereka. 

Mereka seringkali merasa bahwa mereka sudah berhak untuk memiliki kekayaan dan kemewahan yang mereka miliki. Kritik dan kritikan tersebut seringkali dianggap sebagai penghinaan terhadap diri mereka sendiri.

Mabuk dengan nafsu dan syahwat juga menjadi tanda kesurupan hedonisme. Pejabat dan keluarganya seringkali terjebak dalam perilaku yang tidak bermoral seperti korupsi, pencucian uang, dan penyalahgunaan kekuasaan. 

Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih memprioritaskan kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

Kesurupan hedonisme di kalangan pejabat dan keluarganya menjadi masalah serius yang harus segera diatasi. Perilaku hedonistik yang merajalela ini dapat merusak moralitas dan integritas pejabat dan keluarganya. 

Hal ini dapat berdampak buruk pada kredibilitas negara dan memperburuk kondisi sosial-politik Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi kesurupan hedonisme di kalangan pejabat dan keluarganya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendidikan moral dan karakter sejak usia dini. Pendidikan moral dan karakter ini dapat membentuk perilaku dan moralitas yang baik pada anak-anak pejabat dan keluarganya. Dengan demikian, diharapkan perilaku hedonistik yang merajalela dapat diminimalisir.

Selain itu, perlu adanya tindakan tegas terhadap pejabat dan keluarganya yang terlibat dalam perilaku korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Tindakan ini dapat memberikan efek jera dan mencegah terjadinya perilaku hedonistik yang merajalela di masa depan.

Kesimpulannya, kesurupan hedonisme di kalangan pejabat dan keluarganya menjadi sorotan netizen dalam beberapa tahun terakhir. Perilaku hedonistik yang merajalela ini dapat merusak moralitas dan integritas pejabat dan keluarganya. 

Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi kesurupan hedonisme di kalangan pejabat dan keluarganya melalui pendidikan moral dan karakter serta tindakan tegas terhadap perilaku korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. 

Dengan demikian, diharapkan kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih jujur, berintegritas, dan berkeadilan.

"Harta memang bisa membuat hidup lebih mudah, namun jangan sampai harta menjadi tujuan hidup yang utama."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun