"Makanan tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang kreativitas dan kebersamaan"
Siswa praktek memasak makanan tradisional di sekolah adalah kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat dalam mempromosikan dan melestarikan warisan budaya Indonesia
Melalui kegiatan ini, siswa dapat belajar mengenai makanan tradisional yang berasal dari daerahnya sendiri atau dari daerah lain di Indonesia.Â
Siswa juga dapat mempelajari cara memasak makanan tradisional yang benar, bahan-bahan yang digunakan, dan proses pembuatannya.
Hal ini dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan memasak dan memperkaya pengetahuan mereka mengenai budaya Indonesia.
Sebagai seorang pendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa dalam mencapai potensi mereka.
Salah satu cara yang efektif untuk mencapai hal ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang praktis dan kreatif seperti memasak.
Kegiatan ini tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa, tetapi juga dapat membantu mereka belajar tentang kebersihan, nutrisi, dan keterampilan sosial.Â
Namun, ketika praktik sudah usai, dan siswa mengundang guru untuk menikmati makanan yang mereka masak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar tidak melanggar etika dan memastikan bahwa kegiatan ini tetap efektif dalam mendukung pembelajaran siswa.Â
Pertama, guru harus memastikan bahwa kegiatan ini tidak melanggar prinsip-prinsip profesionalisme dan etika guru.
Sebagai seorang pendidik, guru harus menjaga hubungan yang profesional dengan siswa dan keluarga mereka.
Menerima undangan makanan dari siswa dapat memicu konflik kepentingan dan mengurangi kewibawaan guru dalam hal ini.
Oleh karena itu, guru harus mengevaluasi situasi secara hati-hati sebelum menerima undangan makanan dari siswa.Â
Kedua, guru harus memastikan bahwa makanan yang disajikan aman untuk dikonsumsi. Guru harus memastikan bahwa siswa telah mematuhi prinsip-prinsip kebersihan dan menjaga standar kualitas makanan yang dibuat.
Jika makanan tidak aman untuk dikonsumsi, guru harus menolak undangan makanan dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa agar mereka dapat memperbaiki.Â
Ketiga, guru harus memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif kepada siswa. Ketika menerima undangan makanan dari siswa, guru sebaiknya memberikan pujian yang konstruktif dan umpan balik positif atas kualitas makanan yang disajikan.Â
Pujian dan umpan balik positif dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Guru juga dapat memberikan saran konstruktif dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki agar siswa dapat meningkatkan keterampilan memasak mereka.Â
Keempat, guru harus memastikan bahwa kegiatan ini tidak menimbulkan konflik di antara siswa. Jika hanya beberapa siswa yang diundang untuk membuat makanan dan tidak semua siswa, maka ini dapat menimbulkan ketidakadilan dan memicu konflik di antara siswa.
Oleh karena itu, guru harus memastikan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan cara yang adil dan merata untuk semua siswa.Â
Kelima, guru sebaiknya tidak menilai kualitas makanan yang disajikan oleh siswa dalam situasi seperti ini.
Hal ini dapat mempengaruhi penilaian siswa terhadap guru dan mengurangi efektivitas pembelajaran.
Sebaliknya, guru sebaiknya memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan mereka.
Dalam situasi pandemi yang sudah mereda dan kegiatan memasak dan makan bersama dapat dilakukan dengan aman, maka kegiatan ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi siswa dan guru.
Selain meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa, kegiatan ini dapat memperkuat hubungan antara siswa dan guru serta meningkatkan rasa saling menghargai di antara mereka.Â
Dalam hal ini, sikap guru ketika menerima undangan makan oleh siswa yang merupakan hasil karya mereka seharusnya menjadi sikap yang bijak dan proporsional.
Guru sebaiknya menerima undangan makan dari siswa dengan hati yang terbuka dan memberikan apresiasi yang tulus atas kreativitas dan usaha siswa dalam membuat makanan tersebut.
Namun, guru harus tetap menjaga sikap profesional dan tidak memihak pada siswa tertentu.Â
Guru juga dapat memanfaatkan kegiatan makan bersama dengan siswa untuk memperkuat hubungan dan membangun kepercayaan antara siswa dan guru.
Guru dapat mengajak siswa berbincang-bincang dan mendengarkan cerita mereka tentang bagaimana mereka membuat makanan tersebut.
Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara dengan guru dan mengurangi jarak antara siswa dan guru.Â
Secara keseluruhan, kegiatan memasak dan makan bersama siswa dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi pembelajaran dan pembangunan hubungan antara siswa dan guru.
Namun, guru harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip profesionalisme dan etika guru dalam menerima undangan makan dari siswa.Â
Guru juga harus memastikan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat dalam situasi pandemi.
Dengan sikap yang bijak dan proporsional, guru dapat memperkuat hubungan dan mendukung perkembangan siswa dalam belajar dan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H