Mang Soleh ke Surabaya
Bawa arang dibungkus kertas
Kalau boleh aku bertanya
Siapkah orang yang paling cerdas?
Siang itu di selasar ruangan laboratorium kimia aku mendengar beberapa orang siswa yang sedang berbincang santai. Mereka duduk duduk di lantai sambil bersila. Sementara udara siang hari itu cukup panas menyengat, apalagi pagi harinya tadi sudah pernah turun hujan, jadi panas siang itu terasa berbeda karena ditambah dengan panas dari uap air bekas hujan sebelumnya. Jadi sambil menunggu pelajaran berikutnya mereka mencari angin di selasar. Kebetulan letak laboratorium kimia bersebelahan dengan ruang kelas mereka. Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan mereka, karena posisi mereka berada memang tidak jauh dari ruangan tempat aku biasa berkantor.
"Aku setelah masuk SMA nggak pernah lagi jadi juara, di tiga besar pun tidak. Jangan-jangan aku ini tambah bodoh. Padahal dulu waktu SD dan SMP aku tidak pernah luput dari juara, paling jelek juara tiga. Tapi sekarang ini berada di sepuluh besar saja perjuangannya bukan main...", kata Adjie membuka pembicaraan mereka.
"Bukan begitu, kamu bukan tambah bodoh, tapi yang ada saingan kamu sekarang jauh lebih pandai dari kamu, makanya mereka terlihat jauh lebih pintar", jelas Silvia.
"Ditambah lagi, mereka yang juara sekarang ini kalau saya perhatikan mereka tidak hanya belajar di sekolah, tetapi ada yang ikut bimbingan belajar", timpal Imelda.
"Memang sih... Aku sering melihat Aisya yang juara kelas terus itu kalau sore atau malam pergi ke tempat bimbingan belajar yang ada di deretan ruko di pasar", ungkap Adjie.
"Nah itu kamu tahu... Jadi wajar kalau dia juara kelas terus. Sedangkan kita hanya belajar di sekolah, paling-paling belajar lebih banyak di rumah saat mau ulangan saja. Jadi bukan kamu yang tambah bodoh tapi mereka jauh lebih cerdas dari pada kita ini", kata Silvia.
"Kata guru kita, masih ada langit di atas langit... Â Dulu waktu SD kamu juara, tetapi sekarang orang lain yang juara. Dan aku yakin, kalau nanti Aisya yang sekarang ini juara kelas nanti berada di level yang lebih tinggi akan terlihat ada banyak orang yang lebih cerdas dari pada dia", kata Imelda pula.
Menyimak perbincangan mereka ini, aku teringat dengan diriku sendiri sewaktu masih sekolah dulu. Apa yang mereka rasakan sekarang ini, persis seperti apa yang aku alami waktu itu. Terlihat cerdas di suatu tempat dan waktu tertentu belum tentu terlihat cerdas di tempat dan waktu yang lain. Jadi terpikir olehku, siapa sebenarnya orang yang paling cerdas di dunia ini?
Dulu sewaktu masih kecil, aku begitu terkagum kagum dengan ilmuwan, ada Thomas Alva Edison, orang yang pertama kali menemukan bola lampu. Albert Einstein, orang yang dapat mengukur kecepatan cahaya. Dan Michael Faraday, orang yang berhasil menemukan listrik. Sungguh hebat mereka di mataku waktu itu. Tetapi dengan semakin canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, makin banyak pula ilmuwan baru yang jauh lebih cerdas dari dari para penemu tadi. Banyak penemuan-penemuan baru yang telah mengubah hidup hampir semua orang di dunia ini. Sebut saja penemu ponsel, Marty Cooper yang berasal dari Amerika.
Setelah aku banyak membaca, aku baru tau ternyata orang cerdas itu ada bidangnya masing-masing. Ahli di suatu bidang, belum tentu ahli di bidang yang lain. Karena pada dasarnya manusia itu ada sisi kelebihannya dan ada juga sisi kelemahannya.Â
Contoh sederhananya saja di sekolah. Di sekolah itu banyak guru dengan bidang studinya masing-masing. Aku guru kimia satu-satunya di sekolah kami, otomatis aku orang yang paling cerdas untuk urusan kimia di sekolah kami. Tetapi untuk urusan yang lain, aku angkat tangan.Â
Anak-anak yang ngobrol di selasar itu juga cerdas di bidangnya masing-masing. Adjie cerdas untuk urusan olahraga bulutangkis, sering juara kalau ada kejuaraan bulutangkis. Silvia cerdas untuk urusan fisika, beberapa kali juara olimpiade meskipun baru sampai tingkat provinsi. Imelda jago urusan seni suara, sering ikut festival dan sudah beberapa kali juara. Jadi mereka cerdas di bidangnya masing-masing.
Tertarik dengan perbincangan mereka, akhirnya aku mendekati dan ikut duduk bersama mereka. Karena kedatangan aku yang tiba-tiba ini membuat mereka terkejut.
"Kedengarannya lagi asyik ngobrol", kataku membuka pembicaraan.
"Iya pak, di kelas panas, jadi kami cari angin di sini", kata Adjie.
"Dari tadi bapak udah dengar obrolan kalian, menurut kalian siapa orang yang paling cerdas di dunia ini?", tanyaku kepada mereka.
"Kalau menurut pendapatku, guru-guru di sekolah ini pak... karena mereka dapat mengajar ke semua siswanya", ujar Adjie pula.
"Kalau aku beda pak, menurut aku orang yang cerdas di dunia ini adalah para ilmuwan, karena mereka mampu menemukan barang yang berguna bagi umat manusia", jawab Imelda.
"Kalau menurut kamu Silvia, siapa?", tanyaku kepada Silvia karena dia hanya terdiam dan terlihat sedang berpikir.
"Siapa ya pak... aku nggak tahu pak, karena menurut aku guru-guru memang cerdas, karena ilmuwan itu juga diajar oleh gurunya. Terus... ilmuwan itu juga manusia cerdas karena penemuannya, tetapi ilmuwan itukan jagonya di bidangnya masing-masing. Jadi aku nggak tau pak siapa yang paling cerdas", jelas Silvia.
Sayangnya perbincangan kami harus terhenti karena tiba-tiba bunyi bel tanda masuk kelas sudah dibunyikan. Anak-anak itu pamit untuk kembali masuk ke kelas. Aku pun kembali ke ruangan untuk melanjutkan pekerjaan. Belum lagi mengerjakan laporan keuangan sekolah  yang tadi aku tinggalkan, aku teringat buku yang berjudul '100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Masa' karya Michael H. Hart.Â
Logikaku langsung berkata orang yang cerdas pasti berpengaruh bagi kehidupan umat manusia. Tidak mungkin orang bodoh yang akan mengubah jalan hidup orang lain. Dan tokoh nomor satu dalam buku itu adalah Rasulullah. Dalam bukunya itu, Michael H. Hart menuliskan alasan dia memilih Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai tokoh teratas dalam daftar tokoh paling berpengaruh adalah karena Rasulullah satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil baik dalam keagamaan maupun yang lainnya. Dari asal usulnya yang bersahaja Rasulullah sukses menjadi pemimpin politik yang amat efektif. Saat ini, lebih dari seribu empat ratus tahun setelah wafat beliau, pengaruhnya masih kuat dan merasuk.
Lantas aku jadi berpikir, menurut Rasulullah sendiri, siapa orang yang paling cerdas itu? Untuk menghabiskan rasa penasaranku, aku langsung googling hadits shahih tentang hal itu. MasyaAllah.... tidak memerlukan waktu yang lama aku berhasil menemukannya. Aku dapati sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy.Â
Dalam hadits itu dituliskan : dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, "Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?' Rasulullah menjawab, 'Yang paling baik akhlaknya'. Kemudian ia bertanya lagi, 'Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?'. Beliau menjawab, 'Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.'Â
Subhanallah... Â Seketika aku tertegun setelah membaca hadits tersebut. Ternyata selama ini aku salah, siswa-siswa ku yang tadi ngobrol di selasar juga salah. Bahkan penulis buku terkenal itu pun juga salah. Hidup di dunia hanya sebentar, setiap yang hidup pasti mengalami mati, dan hidup di akhirat adalah abadi. Sukses di dunia juga hanya sesaat, tetapi sukses di akhirat selamanya. Hanya orang yang cerdaslah yang menyiapkan kesuksesannya kelak di akhirat. Buat apa sukses sementara di dunia, tetapi celaka selamanya di akhirat.Â
Kain batik dibuat kemeja
Dipakai salat menghadap kiblat
Lebih baik hidup biasa saja
Tetapi selamat kelak di akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H