Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Kimia

Ketua Perkumpulan Pendidik Sains Kimia Indonesia (PPSKI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istriku dan Timbangannya

8 Oktober 2021   09:50 Diperbarui: 8 Oktober 2021   09:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Alhamdulillah... Baru saja selesai. Ini makannya sudah?” kata istriku sambil membereskan piring kotor bekas aku makan barusan. 

“Sudah... Itu tadi belanja online lagi ya...?” tanyaku basa basi, karena aku tadi sudah lihat kalo di ponsel istriku terlihat dia sedang membuka toko online. 

“Iya sayang... Beli pakaian buat senam. Yang lama sudah jelek.”, jelasnya. “Uangnya ada?” tanyaku sambil senyum senyum. Karena aku tahu, nanti kalo giliran mau transfer ke toko yang jual barang, istriku pasti minta uangnya ke aku. 

“Belum... Kan belum minta” jawabnya manja. Dan aku sudah paham benar, istriku kalo lagi ada maunya langsung keluar gaya manjanya. 

“Buat apa sih senam? Kan badan Ibu masih ideal” kata ku sambil melangkah ke ruang keluarga. 

Dokpri
Dokpri

“Ideal apanya…? Coba bapak lihat timbangan ini” kata istriku sambil menaiki timbangan badan yang memang tersedia di rumah kami. Dulu beli nya juga lewat online. “Ini sudah naik lagi timbangannya. Bulan lalu nggak segini..., makanya Ibu tadi itu mau beli jamu sama pakaian senam. Ibu mau ngecilin perut lagi”. 

“ Oh gitu... Boleh saja sih, tapi jangan sampai salatnya jadi keteteran kayak tadi. Bapak lihat salat Ashar dan Maghrib barusan sudah nggak di awal waktu lagi”. 

“Lha gimana lagi... Ibu kan nggak pengen badan Ibu bertambah berat apalagi terlihat gendut, nanti Bapak nggak suka lagi sama Ibu”. ujar istriku sambil melirik ke arah ku “Bukan gendut, tapi montok ... Kan ibu semakin menarik buat Bapak kalo ibu tambah montok” godaku sambil senyum-senyum. Istriku bukan tergolong wanita yang subur pertumbuhan badannya. Dulu, di awal baru kenal badanya langsing cenderung kurus, mungkin kalau ditimbang hanya sekitar tiga puluh lima kilogram berat badannya. Kalo sekarang sudah lebih berisi, tetapi belum termasuk kategori ibu-ibu yang gemuk.

“ Masa sih… Bukannya Ibu kelihatan jadi jelek. Pokoknya Ibu nggak mau gendut, titik. Apa nanti kata ibu-ibu yang lain kalo lihat Ibu badanya lebar?” katanya sambil memegangi perut dan pinggangnya sendiri. 

“Ibu sih terlalu mengkhawatirkan omongan orang. Dengar ini Bu..., setiap orang itu ada saja masalah dalam hidupnya. Jadi jangan kita terlalu khawatir dengan omongan orang lain terhadap masalah yang sedang kita hadapi, karena yang ngomongin kita itu sendiri tidak lepas dari masalah”, kata ku 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun