Menjelang akhir tahun 2024, perekonomian Provinsi Jambi menunjukkan dinamika yang signifikan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2024 mencapai 4,15% (year-on-year), dengan kontribusi terbesar berasal dari Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 34,10% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor pertanian, khususnya kelapa sawit dan karet, tetap menjadi andalan perekonomian daerah. Namun, tantangan seperti fluktuasi harga komoditas global dan dampak perubahan iklim mempengaruhi produktivitas. Selain itu, sektor pertambangan, terutama batubara, menghadapi kendala distribusi akibat penurunan debit air Sungai Batanghari selama musim kemarau.
Memasuki tahun 2025, Jambi dihadapkan pada berbagai peluang dan tantangan. Pembangunan infrastruktur, seperti rencana Jalan Tol Jambi-Rengat yang menghubungkan Jambi dan Riau, diharapkan meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Namun, ketidakpastian ekonomi global, termasuk konflik geopolitik dan perubahan iklim, dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi lokal.
Pemerintah Provinsi Jambi telah menetapkan tiga isu strategis untuk tahun 2025: mengatasi ketimpangan antar wilayah dan pendapatan, meningkatkan daya saing daerah, serta meningkatkan ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim. Fokus pada pembangunan berkelanjutan dan penguatan sektor ekonomi hijau menjadi prioritas untuk menghadapi tantangan tersebut.
Selain itu, transformasi digital menawarkan peluang bagi pelaku usaha di Jambi. Adopsi teknologi digital dalam proses bisnis dapat meningkatkan efisiensi dan akses ke pasar yang lebih luas. Namun, tantangan terkait infrastruktur teknologi dan literasi digital perlu segera diatasi untuk memaksimalkan potensi ini.
Dalam menghadapi tahun 2025, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan yang ada. Dengan strategi yang tepat, Jambi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di masa mendatang.
Evaluasi Sektor Ekonomi dan Bisnis Jambi di Tahun 2024
Sektor unggulan Provinsi Jambi, terutama pertanian, menghadapi tantangan yang semakin kompleks pada tahun 2024. Dengan posisi sebagai salah satu produsen utama kelapa sawit dan karet di Indonesia, perekonomian Jambi sangat bergantung pada ekspor kedua komoditas tersebut. Namun, ketidakstabilan pasar global, termasuk perubahan kebijakan impor di negara tujuan ekspor utama seperti Uni Eropa dan India, telah memengaruhi harga secara signifikan. Harga kelapa sawit dan karet yang fluktuatif menciptakan ketidakpastian pendapatan bagi petani, yang merupakan tulang punggung ekonomi daerah. Kondisi ini memicu berkurangnya daya beli masyarakat di sektor pedesaan, yang kemudian berdampak pada sektor perdagangan lokal.
Lebih jauh, tekanan pada sektor pertanian juga datang dari isu perubahan iklim. Perubahan pola cuaca, termasuk curah hujan yang tidak menentu, telah mengurangi produktivitas tanaman sawit dan karet. Hal ini memperlihatkan pentingnya inovasi dalam sektor pertanian, seperti adopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi dan diversifikasi tanaman sebagai langkah mitigasi risiko.
Selain pertanian, sektor pertambangan, yang menjadi andalan kedua, juga menghadapi kendala besar pada tahun ini. Penurunan debit air Sungai Batanghari selama musim kemarau menghambat transportasi logistik untuk komoditas batubara. Sebagai salah satu jalur transportasi utama untuk hasil tambang, sungai ini menjadi vital bagi perekonomian daerah. Penurunan kapasitas distribusi akibat kendala alam menunjukkan perlunya investasi dalam infrastruktur alternatif, seperti jalur kereta api atau jalan raya khusus angkutan tambang. Ketergantungan Jambi pada pertambangan, yang secara global juga menghadapi penurunan permintaan akibat pergeseran ke energi terbarukan, menggarisbawahi urgensi untuk mempercepat diversifikasi ekonomi.
Namun demikian, pemerintah telah mengambil langkah proaktif dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, termasuk proyek tol Jambi-Rengat. Jalan tol ini diharapkan mampu meningkatkan konektivitas antardaerah, membuka akses pasar baru, dan menurunkan biaya logistik. Dengan tersambungnya Jambi dan Riau melalui jalur tol, perdagangan antarprovinsi diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Hal ini juga diharapkan dapat menarik investasi di sektor industri pengolahan dan manufaktur, yang selama ini kurang berkembang di Jambi. Peningkatan infrastruktur ini tidak hanya menjadi peluang untuk memperkuat sektor unggulan yang ada, tetapi juga menjadi dasar untuk memperluas basis ekonomi.
Namun, percepatan pembangunan infrastruktur ini juga tidak terlepas dari tantangan, terutama dalam pengadaan lahan dan koordinasi antarpemangku kepentingan. Proyek besar seperti tol Jambi-Rengat sering kali menghadapi hambatan administratif yang dapat memperlambat penyelesaian. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat sangat diperlukan agar proyek ini dapat selesai tepat waktu dan memberikan manfaat ekonomi yang maksimal.