Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BRICS: Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia

21 November 2024   16:39 Diperbarui: 21 November 2024   16:43 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di tengah perubahan lanskap geopolitik dan ekonomi global, munculnya berbagai aliansi strategis menjadi refleksi atas kebutuhan negara-negara untuk menghadapi tantangan bersama dan menciptakan tatanan baru yang lebih inklusif. Salah satu aliansi yang mencuri perhatian adalah BRICS, yang kini berkembang menjadi BRICKS dengan bergabungnya Indonesia sebagai anggota baru. Transformasi ini menegaskan peran Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi penting di kawasan Asia Tenggara dan mitra strategis dalam diskusi global.

BRICS, sejak awal pendiriannya pada 2009, telah dirancang sebagai forum yang mewakili kekuatan ekonomi negara-negara berkembang. Dengan jumlah populasi yang mencakup hampir separuh dunia dan potensi ekonomi yang terus meningkat, BRICS dipandang sebagai kekuatan penyeimbang terhadap dominasi ekonomi negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kini, dengan kehadiran Indonesia, forum ini tidak hanya memperluas spektrum kerjasamanya, tetapi juga memperkuat relevansi globalnya.

Keanggotaan Indonesia dalam BRICKS tidak hanya memiliki makna strategis dalam hal politik luar negeri, tetapi juga membawa implikasi signifikan terhadap ekonomi, teknologi, dan pembangunan domestik. Sebagai negara dengan PDB terbesar di ASEAN, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi penghubung antara BRICKS dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Namun, di balik peluang besar tersebut, terdapat tantangan yang kompleks, mulai dari dinamika geopolitik hingga kesiapan domestik untuk memanfaatkan momentum ini.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai anggota BRICKS. Dengan pendekatan berbasis data dan kajian terkini, tulisan ini bertujuan memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan posisi strategis ini, sekaligus mengidentifikasi langkah-langkah penting yang harus diambil untuk menghadapi tantangan yang ada. Kehadiran Indonesia dalam BRICKS tidak hanya menjadi simbol pengakuan atas kekuatan ekonomi negara berkembang, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya kesiapan domestik dan strategi diplomasi yang cermat dalam menjawab dinamika global yang terus berubah.

Peluang bagi Indonesia

Ada beberapa peluang bagi Indonesia dalam menyikapi perlunya menjadi bagian BRICKS

1. Diversifikasi Mitra Ekonomi

Keanggotaan Indonesia dalam BRICKS memberikan peluang besar untuk diversifikasi mitra dagang, terutama dengan mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat. Negara-negara anggota BRICKS memiliki karakteristik unik sebagai pasar ekonomi besar yang belum sepenuhnya tergarap oleh Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia (2023), BRICKS secara kolektif mencakup 42% populasi dunia dan menyumbang 24% dari PDB global. Dengan basis populasi yang besar dan tingkat konsumsi yang terus meningkat, Tiongkok, India, dan Brasil menjadi pasar yang sangat potensial bagi produk-produk Indonesia.

Sebagai contoh, ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai USD 20,88 miliar pada 2022, sebagian besar berasal dari sektor kelapa sawit, batubara, dan bijih nikel (Badan Pusat Statistik, 2023). Sebagai negara dengan kebutuhan bahan baku yang besar, Tiongkok diperkirakan akan terus meningkatkan impor dari Indonesia. Selain itu, India yang merupakan konsumen terbesar kedua di dunia untuk minyak kelapa sawit juga menawarkan peluang diversifikasi ekspor yang signifikan. Data dari The Indian Ministry of Commerce (2023) menunjukkan bahwa Indonesia menyuplai lebih dari 60% kebutuhan minyak kelapa sawit India.

Dalam laporan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPES, 2023), disebutkan bahwa peran BRICKS sebagai alternatif mitra dagang dapat membantu Indonesia menghadapi gejolak ekonomi global yang disebabkan oleh perlambatan ekonomi di negara-negara maju. Diversifikasi ini memberikan stabilitas bagi neraca perdagangan Indonesia dan mengurangi risiko tergantung pada pasar tradisional.

2. Transfer Teknologi dan Inovasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun