"penghuni pulau-pulau itu tidak tunduk pada hukum, raja, atau tuan manapun...Mereka yang memiliki budak paling banyak dan terkuat, bisa memperoleh apapun yang diinginkannya...Mereka tidak mengakui raja atau pemerintah dan budak-budak merekapun tidak tunduk secara penuh kepada tuan dan raja mereka..."
Jadi, anda dapat menafsirkan sendiri bahwa kita ini tinggal di Nusantara yang sangat plural, sangat religius, sangat beragam, dan secara politik "polisentris" sehingga wajar jika muncul berbagai perbedaan pendapat yang tidak seharusnya disamakan dengan masyarakat Italia, Arab, Amerika, atau lain-lainnya.Â
Nusantara punya kekhasan, mereka masih memiliki matarantai tradisi yang sangat kuat, bahkan sebagaimana digambarkan Gertz, masyarakat Nusantara dibangun melalui jaringan yang kompleks kekerabatan dan hubungan pribadi yang sering ditunjang oleh legitimasi supranatural.Â
Kita ini keturunan "orang-orang sakti" yang kadang sulit dimengerti tetapi justru hubungan-hubungan rumit inilah yang sesungguhnya menyatukan, meleburkan, mengentalkan, seluruh cara pandang berbeda dan berpikir yang tidak kita dapatkan dalam model masyarakat manapun. Inilah Indonesia, yang kuat, hebat, dan tahan lama!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H