Louis Lamya al-Faruqi---wanita syahid yang dibunuh oleh teroris bersama suaminya Ismail al-Faruqi---menulis sebuah artikel menarik dalam Jurnal The World of Music, berjudul "The Mawlid".
Ia menyebut bahwa tradisi maulid ini mulai diselebrasikan di dunia Islam sejak berabad-abad yang lalu dan Mesir merupakan negeri Muslim pertama yang diketahui merayakannya ketika berada dibawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah (909-1171M).Â
Lamya menyebut maulid sebagai bentuk estetika atau genre dalam suatu aliran musik tradisi dalam masyarakat Muslim.Â
Bahkan lebih jauh, estetika tersebut tidak hanya dapat dipuisikan atau dibaca dalam bentuk prosa, tetapi justru divokalisasikan (baik solo atau koor) yang sangat memungkinkan digunakannya musik atau instrumen pengiring atau irama yang berasal dari gerakan-gerakan tubuh tertentu.
Perkembangan estetika maulid di berbagai belahan dunia Islam tentu saja sangat bervariasi, terutama melalui kecanggihan teknologi yang memungkinkan pembacaan maulid di arransemen ulang sedemikian rupa sehingga menghasilkan nyanyian atau instrumen yang melampaui "genre"nya sendiri sebagai seni yang berasal dari tradisi.
Syair-syair populer seperti as-shalawat 'ala al-Nabi, bahkan telah banyak dimodifikasi dalam genre gambus-modern, sebagaimana di Indonesia dipopulerkan grup Gambus Sabyan yang digandrungi kalangan Muslim milenial.Â
Seluruh syair-syair tentang salawat Nabi, umumnya diambil dari berbagai teks maulid yang di Indonesia sendiri sangat bervariasi.Â
Pertama, mungkin salah satu kitab berjudul, "Majmu'at al-Maulid wa al-Ad'iya" (Kumpulan teks maulid dan doa) yang berisi teks Maulid Syaraf al-Anam yang tidak diketahui pengarangnya. Teks yang dikenal di dalamnya adalah "Asyraqa al-Badru 'Alaina".
Kedua, koleksi teks maulid dalam kitab Al-Barzanji yang ditulis salah seorang mufti mazhab Syafi'i di Madinah bernama Ja'far Barzanji (1690-1764)---terdapat dua koleksi maulid ini, yaitu "nathran" dalam bentuk prosa dan "nazman" dalam bentuk puisi/syair.Â
Ketiga adalah teks maulid "ad-Diba'i" yang belum diketahui secara pasti siapa penulisnya dan terakhir teks maulid "al-'Azb" yang dinisbahkan kepada penulisnya yang tinggal di Madinah sampai akhir abad ke-19 (Kaptein, 1993).
Sulit untuk tidak dikatakan, hubungan Islam Indonesia dengan Islam-Arab tentu saja sangat erat, bahkan satu-satunya negara Islam yang diketahui oleh Muslim Nusantara sejak abad 16 hanyalah Arab.Â