Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Filosofi Mudik Lebaran

31 Mei 2019   10:54 Diperbarui: 31 Maret 2020   07:36 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iliustrasi mudik| Sumber: Kompas/ Riza Fathoni

Ramadan yang sedemikian berat dilalui oleh sebagian besar umat Muslim, bahkan menjadi tantangan hidup yang sesungguhnya, patut disyukuri melalui takbir selepas kita melewatinya.

Mudik adalah "kembali" yang secara langsung teridentifikasi dari makna "'id" yang juga berarti "kembali". Manusia memang harus siap kembali bahkan harus mampu mencari jalan kembali, sebab kembali secara fitrah (idul fitri) menjadi manusia seutuhnya dengan kebajikan, kesucian, keistimewaan, dan kesempurnaan yang melekat dalam dirinya, jelas merupakan mudik dalam konteks paling hakiki. 

Manusia dikembalikan secara fitrahnya menjadi manusia, yang melepaskan diri dari ikatan-ikatan nafsu kebinatangan yang selama ini telah menyalahi kodratnya. Itulah makna mudik lebaran, sekalipun banyak diantara kita yang tampak tak acuh atau tak mau menyadarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun