Padahal, sudah sejak dulu, sejak zaman kemerdekaan republik ini, fungsi para pemimpin politik senantiasa berkelindan dengan ulama, saling mengisi dan mengingatkan, karena baik pemimpin politik dan ulama adalah mereka yang disebut 'ulil amri' (para pemangku kepentingan) sebagaimana dimaksud dalam ajaran Islam.
Dalam konteks kepolitikan Sunni, para pemimpin politik disebut sebagai "waliyyul amr adl-dlaruri bi as-syaukah" (pemegang otoritas yang bersifat sementara) yang secara de facto memang telah didukung oleh seluruh masyarakat karena telah sesuai prosedur perundang-undangan yang berlaku.Â
Jadi, tak perlu terlampau jauh sampai harus mempolitisasi agama atau bahkan menelikung atau menenggelamkannya demi remeh-temeh kepantingan kekuasaan, toh siapapun nanti yang terpilih, agama itu tetap mulia, terhormat, dan tanpa dijadikan 'alat' kepentingan politik ia tetap hidup harmonis ditengah-tengah umat.Â
Marilah berpikir jernih, bedakan mana yang politik dan mana yang agama, jangan menelikung agama demi kekuasaan dan jangan pula sekadar ingin berkuasa lalu memperalat agama secara membabi buta. Salam waras! Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI