Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menelikung Agama Lewat "Politik" Imam Salat dan Wudhu Seciprat

2 Januari 2019   15:10 Diperbarui: 3 Januari 2019   11:47 3485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan ceramah para ustadz di televisi, rekaman-rekaman video ulama 'seleb' di laman youtube, atau gambar-gambar siapa saja yang sedang mempraktikkan sisi ritual keagamaannya kehadapan publik? Atau siapa saja yang dengan niat tertentu mempublikasikan seluruh rangkaian kehidupannya sehari-hari di media sosial? Ah, ternyata kita memang semua dalam keadaan "syirik khafi" bukan hanya dia atau mereka.

Bagi saya, terlampau jauh menilai 'syirik' dari hanya melihat sebuah gambar yang bermakna politis, karena hal ini tentu saja terkait dengan persaingan kekuasaan. 'Menelikung'  agama lewat publikasi, tentu saja dapat berpengaruh terhadap citra diri seorang kandidat, tak jauh bedanya ketika pihak lain sama-sama menelikung agamanya sendiri. 

Namun perlu diketahui, jika soal politik imam salat saja dianggap bagian dari 'syirik', saya malah berpikir bagaimana dengan hadis yang menyebutkan, "Shalluu kamaa raaitumuuni ushallii" (salatlah kalian sebagaimana melihat aku salat). Salat tentu saja praktik ibadah yang diajarkan Nabi melalui visualisasi. 

Namun, karena saat ini kita terlampau jauh jaraknya dengan Nabi, maka lihatlah secara visual, bagaimana para ulama salat dan tentu saja para ulama tidak sedang berkonotasi menjadi manusia yang 'syirik khafi' karena salatnya dilihat.

Bagi saya, kualitas salat sangat ditentukan oleh cara berwudhunya, karena sesungguhnya wudhu merupakan syarat utama yang akan menghadirkan kualitas salat menjadi lebih sarat 'nilai'. Tanpa wudhu jelas berimplikasi terhadap tertolaknya salat, bahkan untuk mencapai tingkat kekhusyukan dalam salat, harus diawali melalui cara berwudhu yang baik dan sempurna. 

Jika berwudhu saja masih berantakan, maka dipastikan linier dengan kualitas ibadah salatnya yang tentu saja semrawut. Nilai filosofi salat tentu saja dapat diambil dari cara berwudhunya, karena wudhu selain membersihkan kotoran secara zahir (nyata), lebih jauh membersihkan anasir-anasir buruk yang tersisa dalam batin dan pikiran mereka yang akan mendirikan salat.

Jadi, silahkan anda menilai sendiri bagi seorang muslim soal praktik berwudhu yang dilakukan cawapres Sandiaga yang konon pernah dinobatkan sebagai 'ulama' oleh para pendukungnya. 

Andapun dapat menilai begitu ramainya publikasi 'politik' imam salat yang dilakukan capres Jokowi lalu dikaitkan dengan kenyataan politisasi agama yang saat ini kian marak. Kedua kubu ini serasa memang telah menelikung agamanya, mempermainkannya, bahkan mengolok-oloknya demi kemenangan kontestasi. 

Bagaimana tidak, agama direndahkan sebatas simbol yang dipertontonkan kepada khalayak, lalu dibuatlah 'klaim' kebenaran atasnya dan itulah kenyataan wajah kepolitikan kita belakangan ini. Menggelikan atau bahkan menyesatkan!

Pada tahap tertentu, agama semakin terasa dipermainkan melalui ajakan beberapa pihak untuk memberlakukan tes baca alQuran pada pasangan capres yang sedang berkontestasi. 

Agama sudah 'dijatuhkan' oleh kenyataan politik, bahkan dibawa-bawa lebih jauh ke ranahnya, dipaksa mengikutinya bahkan menjadi ukuran kevalidan secara agama dengan hanya melalui serangkaian tes membaca alQuran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun