Reuni 212 yang akan digelar bulan depan, sepertinya "melunak", sebab meskipun tema yang diusung soal Bendera Tauhid yang dinilai kontroversial, rencananya akan juga diisi oleh pagelaran kesenian.
Biduan gambus milenial, Nisa Sabyan dan penyanyi balada legendaris Sang Alang direncanakan bakal hadir meramaikan kegiatan reuni akbar ini.Â
Ini artinya, fokus mereka tak lagi pada urusan-urusan politik-kekuasaan, namun mulai mengangkat aksi seni yang lebih bernilai tradisi dan budaya.Â
Bahkan, pentolan PA 212, Novel Bamukmin mempertimbangkan untuk tidak menggelar orasi politik karena dikhawatirkan mengganggu proses kampanye pemilu yang saat ini sedang bergulir.
Soal rencana akan dikibarkannya sejuta bendera tauhid memang terkesan menggelitik, terutama karena isu bendera tauhid ini sempat menjadi isu kontroversial ditengah publik.Â
Setelah peristiwa pembakaran bendera tauhid oleh oknum Banser di acara Hari Santri Nasional, terjadi perdebatan panjang yang hampir tak ada titik temu soal polemik apakah yang dibakar adalah bendera tauhid atau bendera HTI.Â
Isu ini seperti dimanfaatkan oleh gerakan 212 dengan mempertegas bahwa tak ada bendera ormas tertentu, kecuali bendera umat Islam dengan simbol tauhid didalamnya.Â
Bendera tauhid tentu saja milik umat Islam---terlepas dari pemanfaatan oleh oknum ormas tertentu---dan simbol itu tentu saja dianggap sebagai "pemersatu" umat tanpa harus dikaitkan dengan upaya radikalisme yang melawan eksistensi simbol-simbol negara. Â
Pemanfaatan "politik bendera" sepertinya memang kental dengan nuansa Islam politik, dimana simbol kegamaan diangkat secara formal demi tujuan kepentingan kekuasaan.Â
Kalimat tauhid tentu saja "simbol pemersatu" dalam agama Islam, terlebih Islam muncul menjadi agama monotheisme sejak awalnya, memberangus seluruh eksitensi kekuatan apapun yang dianggap "syirik" dan hanya mengakui secara haqqul yaqin bahwa Allah-lah satu-satunya sumber kekuatan Maha Agung.Â
Itulah sebabnya, ketika kasus pengibaran bendera tauhid ini muncul di Arab Saudi tepat dirumah penggagas utama aksi 212, Rizieq Syihab, tak begitu menjadi masalah bagi otoritas pemerintahan disana.