Menulis bagi saya adalah kegiatan yang menyenangkan, karena selain sebagai penyaluran hobi corat-coret, paling tidak dapat menumpahkan isi hati dan pikiran menyoal beragam isu yang berkembang di ranah publik.Â
Menulis bagi sebagian orang adalah aktualisasi diri dalam melawan lupa, karena melalui tulisanlah satu-satunya media yang diharapkan selalu dapat mengingat peristiwa-peristiwa apapun yang terjadi di tengah masyarakat.Â
Saya tentu saja berterima kasih kepada Kompasiana yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin menyalurkan segala uneg-unegnya melalui tulisan.
Saya mengenal Kompasiana baru seumur jagung, karena baru 2016 saya bergabung dan mencoba mengaktualisasikan diri melalui tulisan. Tanpa terasa, semangat menulis saya yang terus membuncah membuat hari-hari saya tak pernah sepi dari menulis. "One day one article" seakan menggelayuti perasaan saya agar dapat terus menulis setiap hari.Â
Kebiasaan dalam menulis, tentu saja membuat sebuah karya tulis semakin baik, bahkan cenderung lebih fokus, tajam, dan terukur. Selama kurang lebih satu tahun saya menulis di Kompasiana, mungkin dapat dirasakan efek perbedaannya dari setiap tulisan yang saya sajikan. Entah berlebihan atau tidak, ternyata saya masuk menjadi salah satu nominee pada Kompasiana Awards 2017 lalu.
Sebelum masuk menjadi salah satu nominee di Kompasiana Awards, saya pernah mengikuti pelatihan menulis di Tempo Institute yang bertajuk "Klinik Menulis" dan saya mendapat nominasi kehormatan menjadi salah satu peserta terbaik, lagi-lagi karena tulisan-tulisan saya yang memang cukup baik dalam mengupas beragam isu-isu sosial-politik-keagamaan kekinian. K
arena saya dikirim oleh almamater saya di UIN Jakarta, maka saya dianggap memiliki prestasi dan mulai diangkat menjadi sosok kreatif diluar pekerjaan saya sebagai salah satu staf di universitas Islam tersebut.
Sampai saat ini, saya tetap menjadi salah satu narablog Indonesiana milik Tempo dan beberapa kali tulisan saya dipublikasikan di Koran Tempo akhir pekan, sebagai penghargaan atas para blogger yang menulis dengan baik di Indonesiana.Â
Jadi, saya benar-benar mengucapkan rasa terima kasih saya yang mendalam kepada Kompasiana dan Indonesiana karena lewat media inilah kebiasaan menulis saya terus terasah dan berdampak vibrasi yang tidak saja pada lingkungan internal saya sendiri, namun secara eksternal banyak yang mengutip atau mempublikasikan tulisan saya, sehingga lambat laun saya lebih dikenal sebagai penulis.
Namun demikian, Kompasiana bukanlah satu-satunya narablog yang disediakan secara gratis kepada publik, beberapa media besar seperti Tempo atau Republika juga memiliki hal yang sama. Saya memang terpacu untuk tidak menulis di satu narablog, tetapi mencoba mencari alternatif lain yang berlainan platform untuk mengukur aktualitas tulisan-tulisan saya sendiri.Â
Media online yang menarik perhatian saya waktu itu adalah Geotimes, karena penyajian tulisannya yang sangat kritis dan provokatif dengan merangkum semua isu-isu kekinian yang sedang aktual di tengah publik. Dan ternyata benar, beberapa tulisan saya juga layak diterbitkan di media tersebut dan saya mampu berada di dua platform media online yang benar-benar berbeda.
Efek vibrasi menulis di Kompasiana ternyata merambah jauh, dimana saya mendapatkan tawaran menulis di berbagai media online dan termasuk dilirik oleh almamater saya sendiri. Tidak semua tawaran saya terima, karena akan menjadi kesulitan tersendiri ketika saya harus menulis dengan berbagai konten yang berbeda setiap harinya.Â
Salah satu media online yang saya pilih adalah Kumparan, karena saya nilai masih cukup objektif dalam menyuguhkan beragam informasi kepada masyarakat. Beberapa kali tulisan saya masuk dalam kolom 'Editor Picks' di kumparan karena dianggap sebagai tulisan yang baik dan cukup aktual membahas isu kekinian di tengah publik.
Kebiasaan menulis memang akan terus membaik, terlebih diiringi melalui pembacaan tidak saja atas isu-isu kekinian, namun juga kepustakaan, baik buku-buku, obrolan, atau even-even tertentu yang diikuti.Â
Beberapa bulan yang lalu, bahkan tulisan saya sukses masuk di media online terbesar, Detik.com yang konon menurut banyak orang teramat sangat kompetitif.Â
Tulisan saya yang berjudul, 'Islam Nusantara dan Akulturasi Agama-Budaya' cukup dipandang mewakili isu-isu sosial-keagamaan yang memang sedang ramai membicarakan hal tersebut, sehingga terpilih untuk masuk ke laman yang setiap harinya diakses jutaan pembaca itu.
Terakhir, almamater saya di UIN Jakarta yang November 2018 ini akan menggelar wisuda, saya diliput sebagai pribadi berprestasi dari seorang staf karena mampu menyuguhkan hal lain yang bermanfaat kepada masyarakat, yaitu tulisan.Â
Jurnal wisuda yang akan terbit baru-baru ini dan dibagikan kepada kurang lebih 3000 orang setiap tahunnya, tentu saja menjadi keuntungan bagi saya karena telah "diiklankan" oleh pihak almamater secara gratis.Â
Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mempromosikan tulisan saya, terutama Kompasiana, Indonesiana, Geotimes, dan Kumparan. Jadi, tetaplah menulis, tanpa harus terbebani oleh berapa banyak nilai meteri yang akan kita dapatkan. Karena menulis sesungguhnya bagian dari amal ibadah, ketika orang lain merasakan manfaatnya yang tak mungkin dinilai oleh sebesar apapun materi, kecuali kepuasan tersendiri dalam konteks aktualisasi jati diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H