Saya malah membayangkan, betapa otoriternya sebuah rezim jika tak ada pihak oposisi yang mampu bersuara lantang menuntut keadilan. Setiap orang hanya manut, "Yes Boss" apapun yang diperbuat rezim dan menganggap inilah hal yang paling adil bagi kita semua.
Itu dulu, sebelum era reformasi bergulir, tapi sekarang penting kita melihat dan bahkan ikut mengkritisi rezim agar mereka tidak salah dalam membuat kebijakan yang terdampak pada kesejahteraan dan keadilan rakyat. Manut dan membela mati-matian rezim justru malah berbahaya, karena rezim akan memanfaatkan "kebodohan" kita dan mengeruk keuntungan pribadi dari otorisasi kekuasaannya.
Saya justru mengapresiasi Menkopolhukam, Wiranto yang menyebut aksi mengawal Amien Rais adalah sesuatu yang wajar sebagai bentuk penyaluran aspirasi masyarakat yang sah dan dilindungi undang-undang. Ini contoh rezim yang baik dan memahami pentingnya aspirasi masyarakat disalurkan, tidak dibungkam.
Walaupun kadang juga tampak berlebihan dalam melakukan upaya penyambutannya, ibarat akan menghadapi demonstrasi besar yang anarkis, pasukan bersenjata lengkap disiapkan bahkan hingga melibatkan TNI di lapangan guna menghalau jika terjadi aksi kericuhan akibat konsentrasi massa yang cukup besar. Lalu, apakah terbukti demikian? Anda dapat memberikan penilaiannya sendiri.
Mengawal Amien Rais untuk dapat lebih jauh mengungkap fakta-fakta sahih soal kebohongan RS, tanpa rekayasa politik justru dirasa mendesak. Bagaimana tidak, kasus "oplas" yang dibelokkan menjadi penganiayaan oleh RS kental sekali nuansa politisnya.
RS sebagai pihak oposisi seakan berhadap dengan rezim yang selalu dikritiknya, lalu pihak rezim seakan menemukan "rezeki nomplok" atas kasus RS sehingga terus menerus dijadikan kasus besar, menasional, viral, dan selalu aktual.
Baru sekarang ini soal bohong seseorang yang laris manis menjadi konsumsi politik sehari-hari, dikaitkan dengan banyak hal termasuk urusan-urusan politik yang remeh temeh. Itulah kehebatan (kehajatan?) dunia politik yang sanggup menjatuhkan siapa saja setelah berada di puncak ketinggian. Â RS seperti jatuh ketiban tangga lalu mendapatkan penyesalan yang sangat luar biasa.
Saya justru pesimis dengan kasus bohong RS dapat menyeret nama-nama lain jika itu hanya didasarkan atas emosi, ketidaksukaan, kegilaan kuasa, bukan didasarkan kelapangan hati, asas praduga tak bersalah, dan kekuatan akal sehat yang lebih memandang bagaimana terciptanya suatu keadilan dalam masyarakat.
Mengawal Amien Rais berarti bukan sekadar mengawal dirinya pribadi agar dapat bebas dari segala kesalahan, tetapi mengawal proses hukum ke arah jalan seadil-adilnya tanpa berat sebelah. Jangan karena mereka oposisi lalu dijadikan bulan-bulanan oleh rezim yang berkuasa, bagaimana caranya agar para oposisi dibungkam aspirasinya.
Mewujudkan keadilan hukum bagi siapapun memang harus dikawal, karena jika tidak pasti akan terjadi ketimpangan dan kesewenang-wenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H