Ada hal yang paling menarik dalam manuver Prabowo mendekati NU ini, terutama isu kuat di berbagai media yang seakan menempatkan Gerindra sebagai "rivalitas" NU. Hal ini tentu saja harus segera ditepis Prabowo dengan kembali menjalin komunikasi secara baik dengan berbagai kalangan NU, membuang anasir-anasir negatif yang sejauh ini dicitrakan masyarakat terhadap Gerindra.Â
NU tidak saja merupakan basis massa muslim terbesar di Nusantara yang keberadaannya tak boleh diabaikan oleh siapapun. Mengabaikannya, sama saja dengan "melawan" puluhan juta umat muslim di seluruh Indonesia dan dipastikan, kekuatan ini dapat meruntuhkan peluang siapa saja dalam hal  memenangkan ajang kontestasi politik.
Saya kira, Prabowo lebih memilih mencari dukungan NU yang merupakan perwujudan suara muslim "mayoritas", daripada menerima PKS yang keberadaan suaranya sekadar "minoritas". Namun demikian, mampukah Prabowo menghapus stereotip negatif Gerindra-PKS yang selama ini seringkali kontra dengan kalangan NU? Bisa saja kesan itu hilang atau meredup, jika Gerindra benar-benar menempatkan wakil dari kalangan NU mendampingi Prabowo di ajang Pilpres mendatang.Â
Alangkah lebih baik, jika Gerindra juga mampu membangun komunikasi dengan PKB, parpol yang diusung kalangan nahdliyyin, sehingga dapat memunculkan warna Gerindra sebagai kekuatan parpol yang mendapat dukungan kuat dari kalangan Islam moderat. Kita tunggu saja, apakah Prabowo akan mengikuti arahan NU dalam menentukan siapa cawapresnya? Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H