Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menanti Hasil Ijtima' Ulama Soal Kandidat Capres 2019

3 Juli 2018   13:59 Diperbarui: 4 Juli 2018   19:32 4197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun kenyataannya ada saja para pemilih yang merepresantisakan pilihan politiknya berdasarkan rasa keagamaan, tetapi jumlahnya tak mungkin signifikan. Terlebih bahwa masyarakat justru akan lebih nyaman "mengikuti" para ulama yang jauh dari kecenderungan politik-kekuasaan dibanding menerima hasil ijtima' dari ulama yang dikategorikan sebagai "ulama politik".

Jangan sampai nanti ada kesan triumfalisme yang mampir pada perhelatan Pilpres 2019 kali ini, di mana muncul suatu sikap atau keyakinan bahwa kelompok merekalah yang lebih unggul dari sisi doktrin keagamaan, budaya, atau sistem sosial yang selalu merasa menang dari kelompok lainnya.

Bagi saya, Islam tak mengenal triumfalisme, sebagaimana tercermin dalam surat al-Baqarah 247, di mana pengangkatan Thalut menjadi raja bukan atas dasar keyakinan "lebih unggul" secara doktrin keagamaan atau sistem sosial, tetapi lebih kepada "pilihan" Tuhan didasarkan pada tipikal pemimpin yang luas ilmunya dan kemampuan fisiknya yang mumpuni. Dua kriteria ini saja sudah menafikan prinsip triumfalisme yang cenderung merasa paling unggul dari pihak lainnya.

Tapi, saya kira ada baiknya kita menunggu hasil ijtima' ulama soal siapa yang nanti diusung sebagai kontestan politik di Pilpres 2019. Dalam sistem demokratis, kebebasan memilih dan menentukan pilihan tentu saja bagian yang menjadi ranah kebebasan individual. Bahkan, tak ada larangan untuk menentukan atau mengusung siapapun kandidat yang dilabeli kemudian dengan kandidat hasil ijtima' ulama.

Saya tentu saja menghormati sikap ulama yang peduli dalam hal terobosan baru dalam kontestasi politik yang sebelumnya justru tak pernah ditunjukkan secara formal. Menanti hasil ijtima' ulama soal kandidat capres pada akhirnya akan menunjukkan, apakah memang itu murni dorongan agama dalam rangka "islah" (perbaikan sosial) ataukah sekadar hasrat politik agar mereka juga mampu terakomodasi dalam ruang-ruang kekuasaan. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun