Uang Rp 28 juta hasil tabungannya selama beberapa tahun, ternyata gagal disetorkan untuk mendaftar, karena tiba-tiba saudara sepupunya yang serba kekurangan di Kalimantan membutuhkan biaya. Tanpa berat hati, Pak Edi-pun menyerahkan uang simpanan untuk haji tersebut, seraya berpikir, mungkin Allah belum juga mengizinkan saya untuk berkunjung ke Rumah-Nya.
Dana yang dipinjamkan kepada saudaranya ternyata tak kunjung kembali, bahkan hingga hari ini. Tapi Pak Edi tidak pernah mengeluh atau memaksakan diri bagaimanapun caranya agar dana yang telah raib itu dapat dimiliki kembali. Gagal melaksanakan haji atau umrah, semata-mata bukanlah kebetulan, tetapi semua adalah atas izin dan perkenan-Nya. Keadilan Tuhan suatu saat akan ditentukan, siapa saja yang "istimewa" pada akhirnya memenuhi undangan-Nya berkunjung dan menjadi tamu agung di Rumah-Nya, Baitullah. Itulah cara pandang Pak Edi, pasrah dan ikhlas karena manusia hanyalah 'abd (hamba) yang mengikuti apa saja yang dikehendaki-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H