Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menghadirkan Capres Alternatif

13 Maret 2018   12:28 Diperbarui: 14 Maret 2018   10:57 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: wall.alphacoders.com

Munculnya isu poros ketiga memang akan menambah semarak di ajang pesta demokrasi, karena akan ada tiga pasang capres-cawapres yang berkontestasi sehingga masyarakatpun dapat menyalurkan aspirasi politiknya secara lebih beragam. Keberadaan poros ketiga inipun pada akhirnya menunjukkan, bahwa ada kekuatan politik yang menginginkan calon alternatif di luar ketokohan Jokowi dan Prabowo yang hanya akang mengulang pertarungan head to head seperti di pemilu sebelumnya, tentu ini bisa sangat membosankan. Saya kira, persepsi masyarakatpun mengharapkan demikian, karena mereka yang kurang cocok dengan kedua capres yang kemungkinan akan berkontestasi, mendapatkan alternatif lain sebagai pilihan politiknya disaat pemungutan suara berlangsung.

Di tengah ramainya tokoh-tokoh parpol menyodorkan dirinya agar mau dilirik menjadi pendamping Jokowi, keberadaan poros baru diluar kandidat yang ada untuk mengusung calon alternatif sebagai capres justru akan sangat menarik. Sejauh ini, PAN, PKB, dan PD belum menentukan sikap soal dukungan politik mereka untuk bergabung atau tidak dengan parpol koalisi pendukung pemerintah. Beberapa parpol koalisi memang sudah mendeklarasikan dirinya untuk mendukung Jokowi sebagai capres pada 2019 mendatang, sehingga masih mungkin muncul alternatif lain ---seperti gagasan poros baru--- yang mungkin saja menyodorkan nama capres yang mampu menjadi penantang di antara dua kandidat yang terlebih dulu ada.

Berbicara soal layak atau tidak mengenai capres alternatif ini, tidak mesti diukur oleh estimasi hasil survei sebagai pedoman umum yang biasanya dijadikan landasan mengukur sebuah kekuatan politik. Saya kira, politik itu dinamis, sedinamis cara pandang setiap orang terhadap apa itu politik dan siapa orang-orang yang berada di balik penentu kebijakan politik. Dalam dunia politik apapun bisa terjadi, bahkan seringkali diluar dugaan berbagai kajian para pengamat atau perkiraan hasil survei.

Bukankah Emmanuel Macron yang saat ini menjadi presiden Perancis dulunya adalah orang yang tak dikenal di tengah dominasi wajah lama perpolitikan di negaranya? Macron hanya butuh waktu tiga tahun membangun karirnya sebagai penasihat pemerintah, lalu menjadi capres alternatif yang memenangkan pemilu di Perancis. Saya kira, capres alternatif itu perlu dan sangat penting, di tengah kerinduan bangsa ini dipimpin oleh wajah baru yang mampu menyegarkan hiruk pikuk politik yang belakangan hampir-hampir saja melahirkan konflik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun