Anda masih percaya bahwa yang melakukan penyerangan para pemuka agama adalah orang gila? Ya, saya sendiri percaya, mereka memang dalam kondisi tidak waras dalam artian akal sehatnya terganggu karena kondisi "kegilaan" atau "ghuluw" yang menutup kewarasan berpikir mereka.
Tidak menutup kemungkinan, bisa saja mereka di "brain washing", dicekoki secara indoktriner prinsip-prinsip keagamaan yang disimpangkan, sehingga menimbulkan kegilaan melalui cara dan sikap mereka yang kemudian diluar batas kewajaran manusia. Kondisi sesorang yang kemudian kuat mendorong dirinya untuk melukai, menyakiti atau bahkan membunuh para pemuka agama, jelas bukan karena gila dalam artian hilang ingatan, tetapi kegilaan karena berlebihan dalam beragama.
Jika kita yang waras lalu mengalah, bisa menjadi preseden buruk bagi kehidupan toleransi keberagamaan di negeri ini. Yang lebih penting justru aparatur negara yang tidak begitu saja membuat klaim atas orang gila yang tidak mungkin secara terstruktur membuat teror dengan melakukan penyerangan kepada para pemuka agama.Â
Rasanya sulit diterima akal waras melihat sedemikian massif-nya penyerangan demi penyerangan yang menyasar para tokoh agama, selain dilakukan oleh mereka yang mengidap kegilaan sehingga terus melampaui batas. Tindakan hukum, harus juga memenuhi rasa keadilan masyarakat yang sama-sama dirugikan oleh fenomena kegilaan yang mengatasnamakan agama ini, bukan sekadar tebang pilih.
Disinilah saya kira, betapa pentingnya bersikap wajar dalam hal agama dan tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan atau bahkan melampaui batas, jelas berdampak kerusakan pada diri dan lingkungan sekitar. Kegilaan atau sesuatu yang melampaui batas dalam hal apapun---termasuk agama---pada akhirnya menjadi daya penghancur yang jelas merugikan banyak pihak.
Tuhan pasti tak pernah menyukai siapapun yang melampaui batas, apalagi kita sebagai mahluk ciptaan-Nya yang dianugerahi akal sebagai sarana kewarasan berpikir dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Memilih keburukan pasti akan menimbulkan mafsadat dan memilih kebaikan tentu akan menghasilkan manfaat. Jadilah orang yang dapat bermanfaat bagi yang lainnya, karena itulah sebaik-baik manusia sebagaimana pesan Nabi Muhammad. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H