Hilangnya bekas sidik jari pelaku teror yang seharusnya ada pada gelas yang berisi cairan air keras, justru semakin besar menambah kecurigaan publik. Apalagi kabar soal dilepaskannya beberapa orang yang terindikasi berada di sekitar rumah Novel, tanpa penyelidikan lebih dalam, semakin membuat pengungkapan kasus Novel tidak jelas.
Melihat bagaimana adu kuat kasus Rizieq dan Novel dalam kacamata seorang awam, bukanlah perkara kasus mana yang menang atau yang kalah dalam versi percepatan penyelesaiannya, tetapi melihat pada upaya keseriusan kepolisian dalam menangani berbagai pelanggaran hukum. Terdapat dampak yang lebih besar bagi sebuah pelanggaran hukum yang akan berpengaruh pada ekspektasi masyarakat terhadap profesionalitas aparatur penegak hukum, seperti korupsi, narkoba, dan terorisme.
Tetapi, publik awam akan mampu juga menilai, bahwa kasus seperti pornografi kebanyakan menjadi “korban” kekurangjelasan pasal-pasal dalam undang-undang pornografi. Sering kali “korban” pornografi malah dituduh jadi “pelaku” padahal keduanya jelas memiliki implikasi hukum yang berbeda. Jika pihak aparat hukum sudah membedakan bahkan mengukur mana kasus yang lebih “kuat” disenangi pihak penguasa yang kemudian didahulukan, siap-siap saja publik akan dipertontonkan kasus serupa: adu kuat kasus X dan kasus Y! Tunggu saja tanggal mainnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H