Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kampanye dan Membumikan Politik

31 Januari 2017   11:36 Diperbarui: 31 Januari 2017   13:59 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini, momen Pilkada serentak 2017 di seluruh wilayah Indonesia dibuka oleh beragam kampanye politik, baik yang terselubung maupun terang-terangan. Ada yang masih menggunakan cara lama, dengan memainkan opini melalui berbagai media agar para pemilih “dipaksa” untuk memilih salah satu calon yang ditentukan. 

Cara lama ini juga disinyalir masih menggunakan pola “face to face” bertemu langsung dengan para pendukung masing-masing kontestan politik dengan menawarkan berbagai ”janji politik” yang terkadang terlampau tinggi, melangit atau mengawang-awang. Mungkin hanya di beberapa wilayah kota besar yang kemungkinan menggunakan cara-cara lama relatif lebih sedikit. 

Para kontestan dan partai politik (parpol) nampaknya lebih memilih cara-cara baru yang lebih rasional dan atraktif. Cara baru yang dipakai para kontestan dalam membaca  konsumen politik yang rasional lebih banyak dilakukan melalui adu program, strategi atau berbagai penyelesaian persoalan di masyarakat secara lebih terukur dan pasti.

Cara baru yang diyakini mampu mengarahkan para pemilih untuk memilih adalah melalui media debat kandidat yang saat ini sudah dua kali ditayangkan secara nasional oleh berbagai media elektronik. Sejauh ini, program debat calon kandidat yang menjadi kontestan politik di Pilkada 2017 memang cukup membuka peluang dalam mengarahkan para pemilih untuk dapat menentukan pilihan politiknya pada saat pilkada nanti. Namun sayangnya, pusat perhatian para pemilih nampaknya lebih antusias untuk menyaksikan debat kandidat pilkada DKI Jakarta dibanding harus mengikuti debat kandidat lain yang juga seorang kontestan politik di daerahnya. 

Efek debat politik masih sekadar menyasar pihak konstituen atau pendukung afiliasi politik tertentu belum menyentuh keseluruhan masyarakat secara umum karena karena kebanyakan masih sebatas ide, konsep atau penawaran platform yang masih belum terealisasikan secara nyata.

Saya kira, dalam sebuah masyarakat kekinian seiring dengan berkembangnya masyarakat madani (civil society), merupakan masyarakat yang telah sepenuhnya sadar akan hak dan kewajiban politik mereka. Tingkat konsumerisme masyarakat telah mengubah cara pandang mereka menjadi semakin pragmatis dalam memperhatikan dunia politik. Politik kekinian tidak hanya sebatas berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ideologi, namun lebih kepada bagaimana cara penyelesaian secara konkret berbagai persoalan yang sedang dihadapi masyarakat. 

Semakin banyak yang terselesaikan melalui program kerja yang nyata yang telah dilakukan para kandidat, semakin mengarahkan mereka untuk memilih kandidat yang tidak banyak mengumbar janji politik atau program kerja yang belum terealisasikan. Politik harus membumi serta harus mampu mencari jalan keluar dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan negara, bukan sekedar janji-janji atau lompatan-lompatan yang terlampau jauh dari setiap program kerja yang ditawarkan.

Melihat rangkaian debat kandidat para kontestan politik di Pikada Jakarta misalnya, kebanyakan hanya berupa asumsi-asumsi perubahan yang ditawarkan para kandidat atau saling melempar kritik atas berbagai solusi yang ditawarkan kepada masyarakat. Ada keuntungan politik tentunya bagi para kandidat petahana, karena mereka selama menjabat telah dapat membuktikan berbagai macam program unggulan yang dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat. 

Hanya saja, terkadang program-program yang telah dijalankan belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat dikarenakan berbagai macam hal, seperti kurangnya sosialisasi, keberpihakan kepada kalangan tertentu atau mandeknya program akibat birokrasi yang tidak memadai. Program-program kerja yang “kurang sukses” inilah yang semestinya menjadi bahan evaluasi menyeluruh untuk kandidat yang bersangkutan.

Ajang debat kandidat tak jarang hanya sebagai wahana “saling serang” dan kritik terhadap berbagai program kerja atau solusi penyelesaian kebutuhan masyarakat yang masih didominasi oleh hiruk-pikuk para pendukung masing-masing sehingga belum menyentuh secara mendalam terhadap aspek penyelesaian terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Padahal, hal yang terpenting saya kira, adalah bagaimana setiap kontestan politik dapat membangun sebuah konsep solutif yang berhubungan dengan permasalahan aktual. 

Para kandidat sudah seharusnya mencari, menganalisis, dan mengumpulkan beragam informasi yang berasal dari masyarakat secara langsung tidak sekedar berdebat soal adu hebat program kerja atau janji-janji politik yang relatif melangit. Membumikan politik berarti memberikan solusi terhadap setiap persoalan dalam masyarakat secara tepat, terukur dan pasti jauh melampaui nilai ideologi apapun yang dianut oleh parpol atau para kontestan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun